KBR, Jakarta-
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan KLHK meyakini peristiwa kebakaran
hutan dan lahan (karhutla) yang terjadi tidak merusak persepsi dunia internasional tentang komitmen Indonesia
memerangi perubahan iklim.
Staf Ahli KLHK Bidang Industri dan Perdagangan Internasional Laksmi Dhewanti mengatakan, Indonesia sudah menjalin kerja sama dengan banyak negara, terutama Jepang di bidang industri berbasis lingkungan. Sehingga, kata dia, negara-negara itu akan menilai Indonesia secara obyektif, meski karhutla masih terjadi.
"Ya sebetulnya kebakaran hutan itu mempengaruhi banyak hal. Tetapi, saya yakin dengan kerja sama yang baik selama ini dengan Jepang, tentunya penilaiannya akan balance ya, seimbang. Karena memang pemerintah Indonesia, menunjukkan komitmennya memberantas atau mengurangi kebakaran hutan, terutama melalui upaya-upaya pencegahan. Saya rasa, Jepang dan negara mitra lainnya akan melihat pertimbangan-pertimbangan itu," kata Laksmi di kantor Kementerian Koordinator Perekonomian, Senin (29/08/16).
Laksmi mengatakan, komitmen Indonesia untuk menekan pelepasan karbon dan memerangi perubahan iklim sudah dimulai sejak lama, termasuk sebelum Kesepakatan Paris tahun lalu.
“Internasional memandang Indonesia sebagai negara dengan komitmen besar terhadap perbaikan lingkungan. Pandangan itu berasal dari upaya pemerintah mencegah dan memitigasi karhutla, serta menindak tegas perusahaan yang secara sengaja membakar hutan untuk ekspansi,” tambahnya.
Hari ini, pemerintah Jepang dan Indonesia memperingati tiga tahun kerja sama di bidang perdagangan karbon, sebuah mekanisme berbasis pasar yang memungkinkan terjalin negosiasi dan pertukaran hak emisi gas rumah kaca.
Kolaborasi itu meliputi hibah, investasi, dan transfer teknologi rendah karbon dari Jepang untuk Indonesia. Selama tiga tahun berjalannya skema bernama Join Credit Mechanism itu telah mendanai 108 studi pelayakan dan pendanaan sebagian untuk 28 proyek implementasi dengan total investasi USD 150 juta.
Editor: Malika