BERITA

Kemenlu Benarkan Penculikan WNI di Malaysia

Kemenlu Benarkan Penculikan WNI di Malaysia

KBR, Jakarta- Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) membenarkan ada satu WNI yang diculik kelompok bersenjata di Malaysia berdekatan dengan wilayah perbatasan laut Filipina. WNI tersebut adalah kapten kapal pencari udang berbendera Malaysia.

Juru bicara Kemenlu, Armanatha Natsir mengaku sudah menerjunkan tim ke Sabah, Malaysia untuk mendalami informasi penculikan tersebut. Kemenlu sudah berkoodinasi dengan pihak kepolisian Malaysia terkait hal itu.


Meski demikian, Armanatha masih belum mengetahui siapa kelompok bersenjata yang menculik, Herman. Dia juga enggan menduga-duga soal kemungkinan penculik adalah kelompok bersenjata yang sama, yang menculik WNI beberapa waktu lalu.


"Kita sudah dapat informasi kemarin, karena mereka baru laporkan kemarin. Kita sedang koordinasi dengan pihak Malaysia, dengan KBRI juga. Kita sedang mencari informasi lebih lanjut, mengenai siapa dan dibawa kemana WNI tersebut,"kata Armanatha kepada KBR, Minggu, (7/8/2016)


Kemenlu mengaku mengetahui kejadian tersebut sejak 5 agustus lalu. Selain Herman, ada dua anak buah kapalnya (ABK) yang turut diculik.


"Mereka baru melaporkan kemarin. Ada kapal Malaysia, ada tiga ABK. Ada salah satunya kapten kapal ditahan kelompok bersenjata,"pungkasnya.


Menurut Armanatha, kedua ABK yang diketahui merupakan WNI dan WN Malaysia itu dikabarkan telah dilepaskan. Saat ini, keduanya sudah berada di wilayah Sandakan, Malaysia. Belum diketahui pula apakah pelaku meminta tebusan untuk membebaskan sandera.


Pada akhir Juni 2016, tujuh WNI asal Samarinda, Kalimantan Timur, disandera oleh kelompok Abu Sayyaf di perairan Filipina. Hingga kini, ketujuh ABK Tug Boat Charles itu belum dibebaskan. Penyandera meminta uang tebusan sebagai ganti pembebasan sandera.

Baca juga: WNI Disandera, Penculik Minta Tebusan 55 Miliar


Editor: Sasmito

  • penyanderaan WNI
  • kementerian luar negeri
  • Malaysia

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!