KBR,Jakarta - Kepolisian Indonesia kesulitan memotong jalur logistik
persenjataan kelompok teroris pimpinan Santoso, di Poso, Sulawesi
Tengah. Sebab medan di sana cukup luas untuk ditelusuri.
Ini disampaikan Kapolri
Badrodin Haiti pasca terjadinya kontak senjata antara polisi dan
kelompok tersebut di pegunungan Desa Kilo, Poso Pesisir Utara kemarin.
Namun, Kapolri mengaku telah mengerahkan sebanyak 140 personil dari kesatuan Brimob
Mabes Polri ke Poso untuk membantu operasi pengejaran yang hingga kini
masih berjalan. Sebab, Badrodin yakin Santoso masih
berada di sana.
"Kita
tambah kekuatan sudah dikirim 140 personil dari Brimob Mabes Polri. Kendala besarnya mengapa kelompok Santoso susah ditangkap, ya kalau kecil hanya 10 hektar mungkin sudah tertangkap dari dulu dari
ujung-keujung itu 60 kilometer. Keberadaan santoso masih disana karena ada kontak tembak," ujarnya, Jumat (21/8).
Menurut
Badrodin, kegiatan kelompok teroris pimpinan Santoso masih mempunyai
hubungan dengan gerakan ISIS di Suriah serta simpatisannya di dalam
negeri. Hingga kini Badrodin memprediksi kekuatan kelompok teroris ini
masih ada sekitar 30-40 orang di sana.
Ia menjelaskan bahwa senjata
berjenis M60 yang berhasil disita anggotanya tersebut berasal dari
Filipina Selatan. Sejak 17 agustus lalu, sedikitnya telah terjadi lima
kali kontak senjata yang melibatkan Brimob Polda Sulteng dan Detasemen
Khusus Anti Teror Mabes Polri dengan kelompok kelompok teroris Santoso.
Kontak senjata keempat yang juga terjadi pada tanggal 17 Agustus lalu, berhasil menewaskan seorang anak buah Santoso. Namun saat akan dievakuasi, seorang anggota kepolisian tewas tertembak.