BERITA

Mengapa BI Pertahankan Suku Bunga Acuan 7,5 Persen?

" Sebelumnya kalangan pelaku usaha mendorong Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan karena angka yang ada saat ini mengganggu kegiatan industri pembiayaan. "

Khusnul Khotimah

Mengapa BI Pertahankan Suku Bunga Acuan 7,5 Persen?

KBR, Jakarta - Bank Indonesia tetap mempertahankan suku bunga acuan atau BI rate di level 7,5 persen pada bulan ini.

Meski angka inflasi Juli terkendali, suku bunga acuan belum juga diturunkan supaya inflasi menuju kisaran sasaran 4 plus minus satu persen.


Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan, terkait masih berlanjutnya ketidakpastian perekonomian global, upaya jangka pendek Bank Indonesia diarahkan untuk menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah. Yakni dengan mengoptimalkan operasi moneter baik di pasar uang Rupiah maupun di pasar valuta asing.


"Bank Indonesia akan terus memperkuat bauran (mix) kebijakan moneter dan makroprudensial untuk memastikan tetap terjaganya stabilitas makroekonomi, khususnya nilai tukar dan sistem keuangan dalam mendukung kesinambungan perekonomian,” kata Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo dalam konferensi pers di Gedung BI.


Suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI rate sebesar 7,5 persen ini ditetapkan Bank Indonesia sejak Februari 2015.


Sebelumnya kalangan pelaku usaha mendorong Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan karena angka yang ada saat ini mengganggu kegiatan industri pembiayaan. Ujung-ujungnya bisa mengganggu permintaan karena tingginya bunga kredit.


Selain memutuskan BI rate yang tetap sebesar 7,5 persen, suku bunga deposit facility (penempatan dana rupiah) ditetapkan sebesar 5,50 persen dan lending facility (fasilitas kredit) pada level 8,00 persen.


Editor: Agus Luqman 

  • BI rate
  • suku bunga acuan
  • suku bunga kredit
  • suku bunga deposito
  • Bank Indonesia

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!