BERITA

Inilah Salah Satu Penyebab APBN Menjadi Tak Ideal

"Kendalanya ruang fiskal yang terbatas terutama dari sisi penerimaan, karena masih banyaknya potensi perpajakan yang belum sepenuhnya dapat digali. "

Inilah Salah Satu Penyebab APBN Menjadi Tak Ideal
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro. (Foto: sumber fiskal.depkeu.go.id)

KBR, Jakarta - Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan pemerintah sangat menginginkan APBN yang ideal. Namun ada beberapa hal yang mengganjal sehingga hal tersebut sulit diwujudkan. Yakni ruang fiskal yang terbatas terutama dari sisi penerimaan, karena masih banyaknya  potensi perpajakan yang belum sepenuhnya dapat digali.

Karena itu pada tahun depan, beberapa kebijakan teknis akan diambil yakni mengajukan penyempurnaan peraturan perundangan tentang pajak penghasilan dan pajak pertambahan nilai.


"Hal lain yang kami lakukan adalah terus meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Kita semua harus mengakui salah satu yang membuat penerimaan pajak kita rendah adalah rendahnya kepatuhan wajib pajak dalam pengertian luas," kata Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro dalam pembahasan RAPBN bersama Badan Anggaran DPR di Gedung DPR.


Dalam RAPBN 2016, target penerimaan perpajakan sebesar 1.565,8 triliun atau hanya naik 5 persen dari target APBN Perubahan 2015. Bambang menilai target yang hanya naik 5 persen tersebut masih wajar karena mempertimbangkan perlambatan ekonomi di tahun ini dan prospek pada tahun depan.


Adapun untuk mencapai target tersebut tambahnya, pemerintah akan tetap mendorong perbaikan penerimaan tanpa mengganggu iklim investasi. Selain itu peningkatan pelayanan wajib pajak juga dilakukan serta insentif fiskal untuk menjaga daya saing ekonomi nasional.


Editor: Agus Luqman 

  • kendala ruang fiskal
  • penerimaan pajak
  • APBN
  • RAPBN 2016
  • Bambang Brodjonegoro

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!