NASIONAL

Lima TV Ini Dinilai Ancaman Kebebasan Pers

"Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia menyatakan 5 televisi sebagai musuh kebebasan pers 2014"

Lima TV Ini Dinilai Ancaman Kebebasan Pers
AJI, kebebasan pers, pemilu presiden, TV

KBR, Jakarta - Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia

menyatakan 5 televisi sebagai musuh kebebasan pers 2014. Kelima

televisi itu adalah TV One, Metro TV, RCTI, Global TV, dan MNC TV.

Ketua AJI, Eko Maryadi, mengatakan kelima TV yang dimiliki politikus

sekaligus pengusaha Aburizal Bakrie, Surya Paloh dan Hary

Tanoesoedibjo  itu bersikap partisan dan informasi yang disajikan 

memanipulasi publik saat pemilu presiden. Selain itu kelima televisi tersebut sudah  menggunakan frekuensi publik untuk keuntungan politik kelompok tertentu.

"Yang kita kritik adalah bagaimana si pemilik media ini menciderai

kebebasan pers yang kita perjuangkan, menjadi jurnalisme propaganda

politik. Dan itu menyakitkan. Mereka tidak berhak membajak frekuensi

publik dan jurnalisme seperti itu," tegas Eko kepada KBR disela-sela

perayaan ulang tahun ke 20 AJI di Jakarta, Jumat (22/8) malam.

Eko juga meminta pemilik media tidak menjebak wartawannya untuk

berpihak pada kepentingan kelompok tertentu. AJI meminta para editor

dan pemimpin redaksi di 5 televisi itu menjalankan fungsi pers yang

mengedepankan  kepentingan masyarakat bukan kelompok. "Ada kesadaran

yang harus kita bawa, bahwa wartawan itu membawa kepentingan publik

yang luas. Sehingga tidak boleh bertindak partisan seperti

sekarang," tambahnya.

AJI mencatat ada perubahan bagi kebebasan pers di Indonesia. Pada

masa Orde Baru, tantangan itu adalah pers yang ditekan oleh

pemerintah. Kini, tantangan itu datang dari pemilik media yang juga

pejabat partai politik.

Editor:Taufik Wijaya

  • AJI
  • kebebasan pers
  • pemilu presiden
  • TV

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!