NASIONAL

Kisah Seputar Proklamasi, Dari Mesin Ketik Pinjaman Sampai Nasib Bendera Merah Putih (IV)

"Bendera Pusaka yang dikibarkan saat Proklamasi 17 Agustus 1945 punya sejarah yang panjang. Bendera itu sempat dipisah dan disembunyikan dari incaran Belanda."

Antonius Eko

Kisah Seputar Proklamasi, Dari Mesin Ketik Pinjaman Sampai Nasib Bendera Merah Putih (IV)
proklamasi kemerdekaan, soekarno, hatta

KBR, Jakarta – Bendera Pusaka yang dikibarkan saat Proklamasi 17 Agustus 1945 punya sejarah yang panjang. Bendera itu sempat dipisah dan disembunyikan dari incaran Belanda. 


Selama ini beredar cerita bahwa bendera pusaka dibuat dari kain seprai dan tenda warung soto. Adalah seorang pemuda bernama Lukas Kastaryo yang mengklaim dialah yang mencari kain itu. Dia menemukan kain merah yang tengah dipakai sebagai tenda sebuah warung soto. Ditebusnya kemudian dengan harga 500 sen dan menyerahkannya ke ibu Fatmawati. 


Lukas mengungkapkan hal ini ke majalah Intisari pada 1991. Namun hal itu dibantah oleh redaktur majalah Historia Hendri Isnaeni. Berbekal pengakuan Fatmawati di memoarnya, Hendri menyatakan bendera pusaka sudah dijahit oleh Fatmawati sejak Oktober 1944. 


Dijahit ketika dia mengandung Guntur. Jadi sekitar Oktober 1944 dan Guntur lahir awal November 1944. Ini juga dibenarkan oleh Soekarno. Bendera dijahit dengan tangan dan tak boleh dengan mesin jahit. Karena waktu itu Jepang masih berkuasa, jadi kegiatan ini dilakukan dengan sembunyi-bunyi.


Lantas dari mana  kainnya? Kata Hendri, berasal dari gudang Jepang. Seorang perwira Jepang di Jakarta, Hitoshi Shimizu bersimpati dengan perjuangan bangsa Indonesia. Dialah yang sebenarnya memberikan kain itu. Fatmawati pernah meminta kain kepada Hitoshi. Orang Jepang itu lantas mengambil kain berwarna merah dan putih dari gudang di daerah Pintu Air. 


Hitoshi meminta Chairul Basri untuk mengantarkan kain itu. Dia cukup dekat dengan keluarga Soekarno. 


Husein Mutahar Penyelamat Bendera Pusaka 


Bendera Pusaka ini dibawa hijrah ke Yogyakarta oleh Soekarno saat terjadinya Agresi Belanda II. Soekarno menyerahkan bendera itu ke Husein Mutahar. Dia adalah kepala rumah tangga istana di Yogya. 


Kata Hendri Isnaeni, Soekarno menugaskan Husein Mutahar untuk menyelamatkan Bendera Pusaka. ‘Jaga bendera ini dengan nyawamu. Kalau kamu gugur, berikan bendera itu ke orang lain yang kamu percayai. Orang itu kelak harus menyerahkan kembali ke saya,’ kata Soekarno. 


“Oleh Husein bendera ini dipisah, jahitannya dilepas. Alasannya, kalau sudah dipisah jadi kain biasa. Dia khawatir bendera bersejarah itu disita oleh Belanda. Untungnya dia selamat dan menjahit kembali dan mengembalikannya ke Soekarno setelah penyerahan kedaulatan dari Belanda ke Indonesia di akhir Desember 1949,” tambah Hendri. 


Sejak 1950, Bendera Pusaka selalu dikabarkan saat perayaan hari kemerdekaan. Bendera itu baru pensiun pada 1968. Setelah itu dibuatlah duplikatnya.


Baca cerita sebelumnya: Kisah Seputar Proklamasi, Dari Mesin Ketik Pinjaman Sampai Nasib Bendera Merah Putih (III) 



  • proklamasi kemerdekaan
  • soekarno
  • hatta

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!