NASIONAL

Meutya Hafid: Modal Bersaing, Kembangkan Skill Talenta Digital

"Adaptasi talenta digital bertujuan mempercepat peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang produktif dan terampil melalui pengembangan soft skill."

Talenta Digital
Ketua Komisi bidang Kominfo DPR RI, Meutya Hafid desak pengembangan skill talenta digital. (Foto: ANTARA)

KBR, Jakarta - Ketua Komisi Bidang Kominfo DPR, Meutya Hafid mendorong industri dalam negeri untuk meningkatkan kemampuan atau skill talenta digital agar mampu bersaing dan berkembang.

Kata dia, adaptasi talenta digital bertujuan mempercepat peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang produktif dan terampil melalui pengembangan soft skill.

"Talenta digital menjadi bagian penting bagi perusahaan agar tetap dapat mampu bersaing dan terus berkembang. Artinya perusahaan-perusahaan atau industri harus memiliki banyak talenta digital. Kalau misalnya perusahaan digital, kita lihat sekarang kan sangat booming tapi talentanya masih sangat sedikit maka industri-industri atau perusahaan-perusahaan ini tidak akan bisa maju ataupun punya daya saing dengan perusahaan-perusahaan asing," ujar Ketua Komisi Bidang Kominfo DPR, Meutya Hafid dalam diskusi bertajuk "Akselerasi Talenta Digital di Indonesia" secara daring, Kamis (14/7/2022).

Baca juga:

- Menkominfo: Kebutuhan Talenta Digital di Indonesia Meningkat di 2030

- Cegah Stunting, BKKBN Dorong Audit Hingga Desa

Meutya juga menyebut data hasil penelitian Mckinsey Global I Institute 2018, mencatat 30 persen tugas dari dua pertiga jenis pekerjaan akan digantikan oleh teknologi seperti robot atau kecerdasan buatan. Sedangkan indeks literasi digital Indonesia pada 2021 hanya mencapai nilai 3,49 dari skala 1 sampai 5. Hasil itu menunjukkan literasi digital masyarakat Indonesia masih rendah.

Editor: Fadli Gaper

  • ekonomi digital
  • meutya hafid

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!