NASIONAL

Menkominfo: Ada Ketimpangan Gender dalam Transformasi Digital

"Menkominfo Johnny G. Plate mendorong kesetaraan gender dalam bidang pendidikan maupun profesi digital di Indonesia."

Angela Ranitta

Menkominfo: Ada Ketimpangan Gender dalam Transformasi Digital
Ilustrasi: pengusaha batik memotret produknya sebelum diunggah ke pasar digital di Malang, Jawa Timur, Sabtu (17/7/2021). Foto: ANTARA

KBR, Semarang- Keterwakilan perempuan dalam bidang sains, teknologi, teknik, serta matematika (STEM) masih sangat rendah.

Menurut Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny G. Plate hal ini diakibatkan oleh pembagian peran antargender dalam dunia kerja yang tidak setara.

"Terbatasnya peran perempuan dalam transformasi digital pada dasarnya disebabkan oleh adanya stereotip dan pembagian peran antara laki-laki dan perempuan di dunia kerja," kata Johnny saat memberikan orasi ilmiah dalam wisuda Sekolah Tinggi Multimedia (STMM) Yogyakarta, Rabu (13/7/2022).

Karena itu, ia mendorong kesetaraan gender dalam bidang pendidikan maupun profesi digital di Indonesia.

"Pembagian peran kerja ini menyebabkan partisipasi perempuan di pendidikan tinggi di bidang STEM menjadi rendah. Sebagai implikasinya, jumlah perempuan dalam lapangan pekerjaan digital menjadi sangat terbatas," kata Johnny.

Kontribusi Perempuan

Menkominfo Johnny G. Plate mengungkapkan banyak perempuan yang kehilangan pekerjaan selama pandemi COVID-19 karena digitalisasi serta otomatisasi profesi-profesi yang kerap dikaitkan atau didominasi pekerja perempuan.

Di sisi lain, berdasarkan data Bank Dunia pada 2019, perempuan berkontribusi sebanyak 37% terhadap produk domestik bruto (PDB) global.

Oleh karena itu, Menkominfo Johnny G. Plate mendorong terbukanya kesempatan setara bagi perempuan, baik dalam pendidikan maupun lapangan pekerjaan, yang seluas-luasnya.

Saat ini, hanya ada 35% mahasiswa perempuan dalam bidang sains, teknologi, teknik, dan matematika di seluruh penjuru dunia. Sementara itu, hanya 3% perempuan yang berhasil memasuki program studi Teknologi Informasi dan Komunikasi.

Dari jumlah yang sangat sedikit tersebut, belum tentu semuanya berhasil bersaing dalam mendapatkan pekerjaan di bidang digital ketika sudah lulus.

Puluhan Juta Pekerjaan Baru

Padahal, menurut Johnny, pada 2025, diperkirakan akan muncul 97 juta pekerjaan baru sebagai implikasi dari transformasi digital dalam berbagai sektor kehidupan. Di sisi lain, akan ada 85 juta pekerjaan lama yang hilang karenanya.

Di masa yang akan datang, persaingan dalam dunia kerja diprediksi tidak hanya terjadi antarsesama manusia, tetapi juga dengan mesin dan algoritma.

Maka dari itu, talenta digital Indonesia perlu dipersiapkan sejak dini untuk mengantisipasi ketertinggalan dalam era transformasi digital.

"Di tahun 2030, Indonesia menjadi salah satu powerhouse di Asia Tenggara, diperkirakan akan memiliki 113 juta penduduk berusia produktif. Valuasi digital Indonesia di tahun 2030 tidak kurang dari 315,5 miliar dollar AS atau setara dengan lebih dari Rp4.500 triliun," ucap Johnny.

Baca juga:

Editor: Sindu

  • Gender
  • Ketimpangan
  • STEM
  • Kemenkominfo
  • Transformasi Digital
  • Digitalisasi

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!