HEADLINE

Sidang PHPU Pileg, Gara-gara 1 Suara ini Bikin PKS Hilang 1 Kursi DPRD

""Karena kan titik pertengkarannya pada angka 1 ini. Satu angka ini, ini satu angka penting.""

Sidang PHPU Pileg, Gara-gara 1 Suara ini Bikin PKS Hilang 1 Kursi DPRD
Ketua MK Anwar Usman (tengah) memimpin sidang perdana perselisihan hasil pemilihan umum (PHPU) Pileg 2019 untuk DPR dan DPRD Jawa Timur di Jakarta, Selasa (9/7/2019). (Foto: Antara)

KBR, Jakarta- Saksi yang dihadirkan pemohon Partai Keadilan Sejahtera dalam sidang sengketa Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) legislatif  di Mahkamah Konstitusi (MK), mempersoalkan adanya selisih 1 suara yang berkurang di partainya. Kasus tersebut terjadi di TPS 02 Margorejo, Kecamatan Metro Selatan, Kota Metro, Provinsi Lampung.

PKS dalam permohonannya mendalilkan memperoleh 5.139 suara. Namun KPU menetapkan perolehan PKS adalah 5.138 suara. Akibat hilangnya 1 suara tersebut, perolehan kursi PKS di DPRD Kota Metro berkurang dari yang seharusnya 5 menjadi 4.


Hakim MK Saldi Isra menyebut selisih suara ini penting untuk ditelusuri. Setelah mendengar keterangan saksi dari PKS dan Komisi Pemilihan Umum (KPU), Saldi lalu meminta keterangan dari Bawaslu.


"Ini supaya clear. Karena kan titik pertengkarannya pada angka 1 ini. Satu angka ini, ini satu angka penting. Silakan Bawaslu," kata Saldi dalam persidangan di Gedung MK, Jakarta, Rabu (24/7/2019).


Adapun jawaban Bawaslu menerangkan, selisih suara itu terjadi setelah dilakukan penghitungan suara ulang di TPS tersebut. Penghitungan ulang itu dilakukan atas rekomendasi dari Panwascam.


Sementara Komisioner KPU Hasyim Asyari mengatakan, satu suara dalam Pemilu itu sangat bermakna. Kata Hasyim, KPU tetap menanggapi serius perselisihan hasil pemilu meski yang dipersoalkan hanya 1 suara.


Editor: Rony Sitanggang

  • sengketa pileg 2019
  • partai keadilan sosial

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!