BERITA

Neraca Perdagangan Juni, BPS: Surplus

""Kalau kita gabungkan posisi ekspor dan impor, maka neraca perdagangan Juni 2019 masih mengalami surplus""

Astri Yuanasari

Neraca Perdagangan Juni, BPS:   Surplus
Ilustrasi: Aktivitas bongkar muat di pelabuhan Tanjung Priok Jakarta, Selasa (25/06). (Foto: Antara)

KBR, Jakarta- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan   pada  Juni 2019 mengalami surplus sebesar 200 juta dolar Amerika Serikat. Kepala BPS, Suhariyanto menyebut, nilai ekspor Indonesia pada bulan Juni 2019  adalah 11,78 miliar dolar AS, turun 20,54 persen dibandingkan bulan Mei. 

Sementara, kata dia, nilai impor pada Mei 2019 mencapai 11,58 miliar dolar AS, turun 20,70 persen jika dibanding  Mei.

"Kalau kita gabungkan posisi ekspor dan impor, maka neraca perdagangan Juni 2019 masih mengalami surplus sebesar 0,20 miliar. Tentunya kita berharap bahwa bulan-bulan kedepan neraca perdagangan kita akan membaik, dengan berbagai kebijakan yang sudah dilakukan oleh pemerintah," kata Suhariyanto di Kantor BPS, Senin (15/7/2019).

Suhariyanto mengatakan, nilai ekspor dan nilai impor di Juni turun dari bulan sebelumnya, karena pada  Juni 2019 bertepatan dengan hari raya Idul Fitri, dan hari kerja terpotong libur cuti bersama. 

Suhariyanto menambahkan, meski neraca perdagangan Juni 2019 surplus, namun neraca perdagangan Indonesia dari Januari sampai Juni 2019 masih defisit sebesar 1,93 miliar dolar.

"Tetapi dengan catatan bahwa neraca perdaganan kita dari Januari ke Juni 2019, itu masih mengalami defisit sebesar US$ 1,9 miliar," imbuhnya.

Menurutnya Suhariyanto, surplus ini merupakan sinyal positif bagi perekonomian indonesia. Meski begitu ia menyatakan perang dagang dan faktor persoalan di dalam negeri masih harus diperbaiki demi meningkatkan pertumbuhan ekonomi. 


Editor: Rony Sitanggang

  • neraca perdagangan
  • BPS

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!