KBR, Jakarta- Indonesia dan Tiongkok berencana mengadakan kerja sama di bidang energi terbarukan. Ini disampaikan Menteri ESDM Ignasius Jonan dalam acara Indonesia-China Energy Forum (ICEF) ke-6 di Beijing.
"Ada beberapa yang kita bahas, seperti teknologi batu bara untuk pembangkit listrik, energi terbarukan ke depan bagaimana. Mereka juga mau menjajaki kerja sama geothermal," kata Menteri Jonan kepada Antara, Selasa (9/7/2019).
Dalam forum ICEF yang digelar tanggal 8 - 10 Juli 2019, Indonesia mengirim 50 orang delegasi dari pihak Kementerian ESDM, PT Perusahaan Gas Negara (PGN), PT Perusahaan Listrik Negara (PLN), dan PT Pertamina untuk bertemu dengan sejumlah mitra sekaligus calon mitra dari Tiongkok.
Selain membicarakan kelanjutan kerja sama migas, di situ Indonesia-Tiongkok juga membahas peluang kerja sama untuk pengembangan energi geothermal dan biofuel.
"Kalau biayanya ternyata lebih rendah kita manfaatkan di dalam negeri, karena energi itu selain tersedia juga harus bisa dijangkau masyarakat," kata Direktur Perencanaan, Investasi, dan Manajemen Risiko PT Pertamina, Heru Setiawan.
Baca Juga: Ini Harga Listrik Energi Terbarukan, Mahal atau Murah?
Energi Terbarukan di Tiongkok
Menurut International Renewable Energy Agency (IRENA), Tiongkok tergolong sebagai negara pengguna energi terbarukan paling besar di dunia.
Tiongkok menjadi negara nomor satu dalam pemanfaatan hydropower dan windpower, sekaligus pasar utama untuk panel surya.
IRENA juga menyebut, Tiongkok bisa memasang harga murah untuk energi terbarukan karena pemerintahnya menaruh investasi besar-besaran di sana.
Harga Energi Terbarukan Kian Terjangkau
Kalau dilihat secara global, harga energi terbarukan sudah turun 46 persen dibanding satu dekade lalu. Kini listrik energi terbarukan harganya sudah lebih murah dari listrik migas dan sudah bisa bersaing dengan listrik batubara.
IRENA memperkirakan dalam lima tahun ke depan harganya akan lebih murah lagi, seiring dengan bertambahnya jumlah pemasok teknologi energi terbarukan, serta investasi negara-negara dunia yang kian meningkat.
Editor: Rony Sitanggang