BERITA

Harga Anjlok, Pemerintah Dinilai Sepelekan Garam

Harga Anjlok, Pemerintah Dinilai Sepelekan Garam

KBR, Jakarta- Center of Reform on Economics (CORE) menilai pemerintah menyepelekan industri garam di Indonesia karena dianggap tak penting. Direktur CORE Piter Abdullah mengatakan, pemerintah cenderung lamban meningkatkan kualitas garam lokal.

Piter menganggap pemerintah, tak berkerja secara optimal dan hanya menyelesaikan permasalahan garam dengan impor.

"Tidak menganggap itu penting, itu yang masalah ini ya. Selama ini, kita menerima saja oke, para ahlinya, kita tidak bisa memproduksi garam industri, ya terima saja. Kita kan tradisional, lahannya sempit, dan lain sebagainya kita terima saja. Tetapi kita tidak berusaha untuk mencari terobosan-terobosan, karena ya sekali lagi. Didasari  bahwa ini tidak perlu, tidak penting," kata Direktur CORE Piter Abdullah  kepada KBR, Senin (22/7/2019)


Piter   menilai turunnya harga garam di Indonesia karena kalahnya kualitas garam di Indonesia. Piter mengatakan, pemerintah cenderung membiarkan cara pengolahan garam tradisional yang mengandalkan cuaca.

Ia mengatakan, modernisasi di industri garam perlu dilakukan di Indonesia untuk meningkatkan kualitas garam.

"Impor kan itu murah, garam industri dengan kualitas yang lebih tinggi itu bisa digunakan untuk garam konsumsi juga, sehingga itu yang bisa menyebabkan pasokan suplai garam Indonesia bocor. Dari yang industri   masuk ke konsumsi juga, sehingga itu menekan harga produksi garam kita itu sendiri. Jadi berlimpah. Yang garam diimpor untuk industri, itu merembes ke konsumsi juga," ujarnya.


Kata dia, impor bukanlah solusi untuk menyelesaikan permasalahan garam di Indonesia. Ia mengatakan, seharusnya pemerintah lebih memperhatikan nasib petani garam di Indonesia.


Menanggapi itu, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengatakan sulit  mengurangi impor garam. Inspektur Jenderal  Kemenperin, Setyo Wasisto beralasan Indonesia menghasilkan kualitas garam yang lebih rendah dari standar kualitas garam di industri.

Setyo mengatakan, kemenperin mencoba menerapkan teknologi-teknologi industri garam di Indonesia untuk meningkat kualitas mutu garam.

"Kementerian Perindustrian  sudah berupaya dengan teknologi, kan masih memerlukan proses, perlu waktu. Kita sedang berupaya ya, karena memang ada teknologi-teknologi yang harus diterapkan supaya mendapatkan atau supaya bisa menerapkan dan memanen garam sesuai dengan kebutuhan industri," kata   Setyo Wasisto kepada KBR, Senin (22/7/2019).

Setyo  mengatakan industri ikan asin dapat menggunakan garam lokal, sedangkan industri tekstil dan kaca memerlukan kadar NaCl lebih tinggi dari garam lokal. Menurut dia,  industri enggan mengeluarkan biaya lebih untuk meningkatkan kualitas garam lokal.

Setyo mengatakan garam impor lebih murah dan berkualitas dari garam lokal.

"Ada garam industri yang tidak bisa dipenuhi oleh garam rakyat, ya kualitas. Untuk garam industri itu kan diatas 95 persen NaCl nya, kalau untuk konsumsi 95 kebawah. Jadi industri memerlukan yang kadarnya diatas 95 persen, nah itu susah untuk diproduksi oleh garam rakyat, garam lokal," kata  Setyo.


Sebelumnya, harga garam di Indonesia anjlok hingga mencapai Rp. 300 rupiah. Kualitas garam Indonesia dianggap tidak memenuhi standar garam di industri.


Editor: Rony Sitanggang

  • petani garam
  • garam anjlok

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!