BERITA

Polisi Larang Warga Syiah Sampang Mudik, Setara Institute: Ini Kemunduran!

"Setara Institute mengecam sikap Kepolisian Sidoarjo, Jawa Timur, yang melarang warga Syiah Sampang mudik ke kampung halamannya."

Polisi Larang Warga Syiah Sampang Mudik, Setara Institute: Ini Kemunduran!
Ilustrasi intoleransi umat beragama. Foto: KBR

KBR, Jakarta - Setara Institute mengecam sikap Kepolisian Sidoarjo, Jawa Timur, yang melarang warga Syiah Sampang mudik ke kampung halamannya. Wakil Ketua Setara Institute, Bonar Tigor Naipospos mengatakan, pelarangan itu adalah bentuk pelanggaran atas hak sipil warga.

"Kita mengecam pihak kepolisian yang tidak memberikan tenggang rasa kepada pengungsi Syiah untuk merayakan hari idul fitri di kampung halamannya. Ini suatu kemunduran. Sekali lagi memperlihatkan bahwa negara tidak punya solusi untuk masalah pengungsi syiah yang sekarang terus menetap di Rusun Sidoarjo tanpa kejelasan," tegas Bonar ketika dihubungi KBR, Rabu (6/7/2016).


Bonar melanjutkan, pelarangan ini menegaskan pengabaian tanggungjawab Kapolres Sidoarjo dalam melindungi warganya. Padahal, tahun kemarin, Pemerintah Provinsi Jawa Timur menawarkan pengungsi Syiah Sampang kembali ke kampung halamannya dengan kawalan polisi.


"(Alasannya-red) supaya tidak terjadi apa-apa dan terus kembali (ke tempat pengungsian-red). Ya, walaupun saya juga merasa sangat-sangat berlebihan, tapi (pelarangan-red) ini suatu kemunduran," ujar Bonar.


Sebelumnya Kapolres Sidoarjo, Jawa Timur, Anwar Nasir pagi tadi, Rabu (6/7/2016) mengumpulkan para pengungsi Syiah korban konflik yang tinggal di Rusun Puspo Agro, Sidoarjo. Kepada para pengungsi, Kapolres melarang pengungsi warga Syiah yang berjumlah sekitar 270 orang itu mudik pulang kampung ke Sampang Madura untuk bersilaturahmi.


Pemimpin pengungsi Syiah Sampang, Iklil Almilal menceritakan, dalam pertemuan itu Kapolres terkesan mengancam pengungsi jika nekat mudik kemungkinan akan bentrok dengan aparat kepolisian.


"Barusan kami dikumpulkan di lantai empat. Awalnya meminta kami untuk tidak melaksanakan (mudik-red), karena ada penolakan di kampung. Tapi teman-teman bilang, 'Kami bukan tidak menghargai saran Bapak. Tapi tujuan kami itu silaturahmi Pak. Sudah empat tahun tidak bisa kumpul dengan keluarga'. Akhirnya, di akhir pembicaraan, Kapolres bilang begini, 'Okelah, kalau kalian tetap memaksa, dengan kondisi seperti ini, mungkin kalian bukan cuma bentrok dengan warga di kampung, tapi ada kemungkinan juga bentrok dengan aparat keamanan. Ini kan menurut kami ini ancaman dari aparat keamanan," kata Iklil kepada KBR, Rabu (6/7/2016).


Dalam pertemuan itu, Kapolres didampingi aparat dari Kodim, Koramil, Polsek dan intel Polda. Tidak ada kehadiran dari aparat pemerintah Provinsi Jawa Timur maupun Kabupaten Sidoarjo.


Iklil mengatakan, selain muncul ancaman bentrok dengan aparat, Kepolisian Sidoarjo juga mengerahkan dua peleton pasukan ke depan Rusun untuk berjaga. Pasukan itu sudah dikerahkan sejak sehari sebelum lebaran. Padahal, biasanya hanya ada beberapa aparat yang berjaga di pos jaga.


Ia menceritakan, sebetulnya warga pengungsi Syiah sudah berencana mudik ke Sampang sejak pertengahan Ramadan. Mereka sudah mengirim surat pemberitahuan kepada aparat kepolisian di tingkat Polsek, dengan tembusan ke Polda Jawa Timur.


"Semua anak-anak kecil sudah siap, mereka senang mau pulang kampung. Sudah mandi, pakai baju baru. Awal-awalnya tidak ada larangan. Tapi tiba-tiba dikumpulkan oleh Kapolres. Anak-anak jadi lemes lagi," kata Iklil.


Iklil menjelaskan, para pengungsi akhirnya bersedia mematuhi larangan dari aparat keamanan. Namun, mereka mendesak kepolisian agar ikut meminta pemerintah supaya segera menyelesaikan masalah yang dihadapi para pengungsi.


"Kami juga meminta jawaban dari mereka, langkah-langkah apa yang akan dilakukan aparat keamanan," lanjutnya.


Warga Syiah terusir dari Dusun Nangkernang, Desa Karanggayam, Kecamatan Omben, Sampang Madura dan terpaksa mengungsi Rusun Puspo Argo di Sidoarjo Jawa Timur, pasca penyerangan dari kelompok anti-Syiah pada 26 Agustus 2012.





Editor: Quinawaty

  • syiah sampang
  • Dusun Nangkernang
  • syiah dilarang mudik
  • Iklik Almilal
  • Setara Institute

Komentar (1)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

  • abeik8 years ago

    Salam. Saya yakin setiap pembaca Budiman yang membaca berita di atas akan terlintas di kepala nya sebuah pertanyaan besar, sebenarnya tugas polisi dan pihak keamanan itu melindungi siapa? Apa tidak bisa mereka mengawal para pengungsi untuk silaturrahim dg kerabat dan Handai taulan di kampung? Apa tidak bisa pengacau keamanan yg di kampung -kalau ada- yang diancam kok malah pengungsi yang diancam? Seberapa Kuat para pengacau dan kelompok ibtoleran di kampung sehimgga polisi dan pihak keamanan tidak mampu untuk mengatasi mereka? Perangkat desa dan Pemda yang lain apa yang sudah dilakukan? Tidak mampu kah mereka untuk memciptakan kondisi toleransi di kalangan mereka? Bukankah orang terkenal dengan kuatnya persaudaraan di antara mereka dg konsep taretan dibi? Bukankah mereka punya ketaatan dan loyalists yg tinggi pada para Ustadz dan pemerintah spt tertuang dalam semboyan terkenal bappa' babbu' guru rato yang menjadi modal utama dan efektif untuk memciptakan keturunan dan kedamaian??? Apakah semua lokal wisdom itu sdh pudar atau aparat pemerintah baik sipil atau militer abai dan memang tidak serius untuk menyelesaikn masalah???