BERITA

OJK Optimistis Kredit Bermasalah di Bawah 3 Persen

""Semester dua saya duga masih bisa di bawah itu, karena ini sudah menunjukkan penurunan. NPL itu kan rasio, kredit kurang baik dibagi pertumbuhan kredit.""

OJK Optimistis Kredit Bermasalah  di Bawah 3 Persen
Ketua OJK Muliaman Hadad. (Foto: Antara)

KBR, Jakarta- Otoritas Jasa Keuangan optimistis kredit bermasalah atau nonperforming loan (NPL) tahun 2016 bisa di bawah 3 persen. Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman Hadad mengatakan, kredit pada semester pertama tahun ini memang menunjukkan pelemahan.

Kata dia, kredit pada bulan Juli yang mengawali semester dua mulai menunjukkan perbaikan. Kata dia, NPL bakal terkendali hingga akhir tahun.

"NPL masih 3 persenan. Semester dua saya duga masih bisa di bawah itu, karena ini sudah menunjukkan penurunan. NPL itu kan rasio, kredit kurang baik dibagi pertumbuhan kredit. Kalau pertumbuhan kredit meningkat, kan hasilnya makin kecil. Kalau ini kan NPL meningkat karena pertumbuhan kreditnya melemah, ditambah ada juga sektor-sektor yang terkena penurunan ekonomi global," kata Muliaman di kantornya, Jumat (29/07/16).


Muliaman mengatakan, dia optimistis tekanan NPL bisa terkendali pada semester kedua. Kata dia, tekanan terbesar NPL berasal dari sektor pertambangan yang melemah. Namun, sektor konsumsi masyarakat masih stabil, bahkan menunjukkan perbaikan. Sehingga, dia memperkirakan NPL akan terjaga di bawah 3 persen.


Saat ini, OJK mencatat rasio NPL‎ gross perbankan secara nasional pada Juni 2016 meningkat ke level 3 persen, atau mengalami kenaikan dibanding bulan Mei 2016 yang ada di posisi 2,9 persen. NPL 3 persen itu tergolong tinggi, penyebabnya masih soal melemahnya sektor komoditas, terutama pertambangan batubara.


Editor: Rony Sitanggang

  • non performing loan
  • Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman Hadad
  • kredit macet

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!