BERITA

Pengamat: Indonesia Mampu Produksi Alutsista Sendiri

"Modernisasi alutsista ini wajib dilakukan karena merupakan unsur penting dalam sistem pertahanan negara."

Ninik Yuniati

Pengamat: Indonesia Mampu Produksi Alutsista Sendiri
Sejumlah pasukan Marinir TNI AL mempersiapkan kendaraan tempur saat Inspeksi Kesiapan Pasukan dan alutsista yang digelar di Dermaga Koarmatim Ujung, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (28/5/2014). Foto: Antar

KBR, Jakarta - Pemerintah dinilai perlu mempercepat pertumbuhan industri pertahanan dalam negeri untuk mendukung peremajaan alutsista TNI. Pengamat militer, Anak Agung Banyu Permita mengatakan, industri pertahanan dalam negeri sebenarnya mampu memproduksi alutsista yang berkualitas. 

"Sebenarnya kita mampu, ini masalah political willingness pada era sebelumnya dan harus diubah pada era sekarang. PT DI (Dirgantara Indonesia), pesawat CN-295 nya saja dibeli sama Korea Selatan. Kenapa kita tidak?"

kata dia di KBR Pagi, (2/7/2015). 

Buktinya, pesawat buatan PT Dirgantara Indonesia telah digunakan negara lain. Namun, selama ini political will dari pemerintah dan DPR terkait hal ini masih kurang.

"Ini kemudian suatu political willingness kemudian politik anggaran kita, dan ini membutuhkan juga kesadaran yang penuh dari para anggota parlemen kita yang terhormat," tambahnya.


Anak Agung Banyu Permita menambahkan, pemerintah dan DPR juga perlu mengarahkan politik anggaran untuk mendukung pembenahan sistem pertahanan. Kata dia, modernisasi alutsista ini wajib dilakukan karena merupakan unsur penting dalam sistem pertahanan negara.

Sebelumnya, Presiden Jokowi memerintahkan Menteri Pertahanan untuk memusnahkan alutsista tua dan mulai memproduksi alutsista modern buatan dalam negeri.


Editor: Damar Fery Ardiyan


  • Alutsista TNI
  • Modernisasi Alutsista
  • peremajaan Alutsista
  • Produksi Alutsista

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!