NASIONAL
RI Hanya Punya Satu Pabrik Vaksin, Teknologinya Masih Kuno
"Menteri Kesehatan mengatakan sebagai negara yang memiliki banyak penduduk, Indonesia tidak bisa hanya mengandalkan impor vaksin, maupun obat-obatan, bahan baku obat, serta alat kesehatan."
KBR, Semarang - Kementerian Kesehatan berencana meningkatkan produksi vaksin dalam negeri, baik dari segi kuantitas maupun kualitas.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyatakan akan menambah jumlah pabrik vaksin di Indonesia, serta meningkatkan teknologi pembuatan vaksin.
"Kita punya pabrik vaksin satu. Saya nanti akan bikin tiga. Satu nggak cukup, terlalu berisiko. Dan vaksin kita bisa diterima (pesanan) WHO, tapi teknologinya kuno,” kata Budi dalam konferensi video “Transformasi Kesehatan – Organisasi Profesi”, Rabu (8/6/2022).
Baca juga:
- Tangani Wabah Penyakit Mulut dan Kuku, Pemerintah akan Impor Vaksin
- Erick Thohir: Tahun Depan Biofarma Produksi 77 Juta Vaksin Covid-19
Budi Gunadi mengatakan saat ini Indonesia baru bisa memproduksi vaksin dengan teknologi virus-based (mematikan atau melemahkan virus) dan protein-based.
Ia berharap, ke depannya Indonesia dapat menguasai teknik pembuatan vaksin yang lebih modern, yaitu viral-vector dan nucleic-acid based.
Kemenkes juga optimis akan meningkatkan produksi vaksin dalam negeri, setidaknya 7 dari 14 vaksin program dan TBC.
Menurut Budi Gunadi, sebagai negara yang memiliki banyak penduduk, Indonesia tidak bisa terus-menerus mengandalkan impor vaksin, maupun obat-obatan, bahan baku obat, serta alat kesehatan. Namun, diperlukan peningkatan produksi produk-produk kesehatan tersebut di dalam negeri, setidaknya hingga 50 persen.
Baca juga:
- BUMN Jalin Kerja Sama dengan China, Salah Satunya Produksi Vaksin
- BPOM Targetkan Izin Penggunaan Darurat Vaksin Merah Putih Keluar September
Editor: Agus Luqman
- pabrik vaksin
- produksi vaksin
- Kementerian Kesehatan
- WHO
- impor vaksin
Komentar (0)
KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!