NASIONAL

Cegah Narasi Provokasi saat Pemilu, Dewan Pers: Kembangkan Jurnalisme Positif

""Agar kawan-kawan media tidak menggunakan diksi-diksi yang bisa memecah belah sesama anak bangsa,""

Pemilu 2024
Warga melintas dekat mural bergambar presiden dari masa ke masa jelang pemilu 2024 di Kota Bogor, Jawa Barat, Senin (13/6/2022). (Foto: ANTARA/Arif Firmansyah)

KBR, Jakarta- Dewan Pers akan meningkatkan kualitas jurnalistik di Indonesia seiring dengan dimulainya tahapan Pemilu 2024. Ketua Dewan Pers Azyumardi Azra mengatakan, upaya itu dilakukan untuk mencegah munculnya provokasi hingga disinformasi yang diterbitkan media. Sehingga tidak mengakibatkan terjadinya perpecahan dan polarisasi. 

"Agar kawan-kawan media tidak menggunakan diksi-diksi yang bisa memecah belah sesama anak bangsa, yang selama ini masih dipakai ya, kita harapkan itu tidak dipakai lagi. Yang kedua yang juga sangat penting adalah peningkatan kualitas jurnalistik kita, jurnalisme kita. Karena dengan eksplosi media sosial, banyak sekali beredar disinformasi dan misinformasi. Dan bahkan banyak sekali hoaks, banyak sekali juga provokasi yang mengadu domba di antara masyarakat kita," kata Azyumardi usai bertemu Kapolri Listyo Sigit Prabowo,  di Mabes Polri, Selasa (21/6/2022).

Ketua Dewan Pers Azyumardi Azra berharap produk jurnalistik yang diterbitkan di masyarakat sudah terverifikasi dengan baik. Sehingga produk jurnalistik tersebut tidak digunakan untuk kepentingan tertentu, salah satunya ekonomi.

Baca juga:


Dewan Pers juga akan menggandeng Polri untuk meningkatkan kualitas jurnalisme. Mulai dari tingkat pusat hingga daerah.

"Kita bersama-sama Polri bisa mengembangkan jurnalisme yang positif untuk pembangunan penguatan kesatuan negara kita tercinta," ujarnya.


Editor: Rony Sitanggang

  • politik identitas
  • Pemilu 2024
  • polarisasi politik
  • Dewan Pers
  • Kapolri Listyo Sigit Prabowo
  • #kabar pemilu KBR

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!