BERITA

Pensiun Dini, Pilihan Sulit Karyawan di Tengah Ancaman Bangkrut Garuda

"Pandemi COVID-19 memaksa PT Garuda Indonesia memutar otak untuk tetap bisa eksis. Dililit utang menggunung hingga Rp70 triliun, PT Garuda menawarkan pensiun dini. Namun karyawan ingin bertahan."

Astri Septiani, Astri Yuanasari

Pensiun Dini, Pilihan Sulit Karyawan di Tengah Ancaman Bangkrut Garuda
Pekerja membongkar muat kargo dari pesawat Garuda Indonesia di Bandara Sultan Iskandar Muda, Aceh, Sabtu (22/5/2021). (Foto: ANTARA/Ampelsa)

KBR, Jakarta - Garuda Indonesia Tbk (Persero) berada di posisi sulit akibat utang yang membengkak hingga mencapai 70 triliun rupiah.

Pendapatan perusahaan tak kunjung bisa menutupi hutang yang membengkak. Deraan pandemi Covid-19 membuat banyak maskapai penerbangan---tak cuma Garuda---gigit jari lantaran jumlah penumpang yang menurun. Keadaan ini membuat karyawan Garuda terancam pensiun dini.

Saat ini karyawan PT Garuda Indonesia masih memantau rencana pensiun dini yang ditawarkan manajemen Garuda. Maskapai penerbangan milik negara ini menawarkan pensiun dini guna mengatasi krisis keuangan akibat hutang yang menggunung.

Ketua Umum Serikat Karyawan PT Garuda Indonesia (Sekarga) Tommy Tampatty saat konferensi pers pekan lalu, meminta pemerintah membantu mencari jalan tengah atas persoalan di tubuh Garuda.

Ia berharap Presiden Jokowi bisa mengintervensi dan memberikan opsi lain, yakni menyelamatkan nasib Garuda beserta karyawan yang bekerja di dalamnya.

"Selama ini kita lihat opsi yang ada terkait likuidasi. Mari kita bicara penyelamatan garuda. Bukan berarti tidak ada pembenahan internal. Once ada kebijakan tadi, internal juga harus. Kita harus rekondisi kebijakan harga, kebijakan customer. Itu di internal. Kita akan sampaikan penyelesaian penyelamatan Garuda. Kami optimis jika dirancang, kepentingan keuangan nomor 4. Kami hanya butuh kepentingan operasional pada masa transisi," kata Tommy saat konferensi pers (28/5/21).

Tomy menyebut hingga saat ini serikat karyawan belum memutuskan apakah bakal menerima atau menolak penawaran pensiun dini dari manajemen.

"Potensi yang ada masih bisa kita kelola. Bahwa manajemen membawa opsi memotong gaji kita tidak keberatan. Dan program pensiun dini itu sifatnya sukarela. Maka dari itu, posisi diserahkan ke pegawai, siapa yang mau ambil program pensiun dini. Kita bukan di posisi menyuruh atau menerima," kata Tommy, (2/6/21).

Ingin bertahan

Presiden Asosiasi Pilot Garuda Indonesia, Muzaeni menyebut kondisi maskapai Garuda saat ini semakin sulit. Ia mengatakan, opsi pensiun dini yang ditawarkan pihak manajemen garuda, merupakan hal yang berat bagi para pilot. Menurutnya, para pilot memilih bertahan. Saat ini Garuda Indonesia tercatat mempunyai 1.200-an pilot.

"Kondisi Garuda Indonesia semakin memperihatinkan. Berbagai upaya telah dilakukan supaya Garuda tetap bisa terbang di masa pandemi. Akhirnya manajemen menawarkan pensiun dipercepat atau pensiun dini. Penawaran ini sesuai perjanjian OKB. Namun ini pilihan tidak mudah bagi karyawan, karena kita ingin bertahan. Karena bangga dan bahagia jika bisa tetap mengabdi di Garuda. Kami bukan setuju atau menolak, tapi tawaran ini sesuai yang kami perjanjian di perjanjian kerja bersama," kata Muzaeni.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal Kementerian Ketenagakerjaan Anwar Sanusi melalui keterangan persnya mendorong manajemen maskapai penerbangan Garuda Indonesia meminimalkan terjadinya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

Ia meminta manajemen Garuda melakukan komunikasi dan perundingan yang baik melibatkan para pekerja. Anwar mengatakan, apabila perundingan menemui jalan buntu dan PHK menjadi jalan terakhir, maka dalam pelaksanaannya hak-hak pekerja harus dipenuhi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan, serta memikirkan nasib dan masa depan para pekerja yang terkena PHK.

Editor: Agus Luqman

  • pandemi
  • COVID-19
  • PT Garuda Indonesia
  • BUMN
  • pensiun dini
  • Pemulihan Ekonomi Nasional

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!