KBR, Jakarta- Keseringan
bermain gawai bisa membuat anak mudah mengamuk (tantrum) dan hiperaktif. Ini disampaikan
komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Sitti Hikmawatty.
"KPAI sudah pernah mendapat pasien kecanduan gawai dirawat di rumah sakit. Karena begitu kecanduan dengan gawai, ketika tidak ada gawai langsung tantrum, mengamuk," ujar Sitti dalam acara peringatan Hari Ulang Tahun ke-65 Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) di Jakarta, seperti dikutip Antara, Rabu (19/6/2019).
Sitti menjelaskan, ketika dipisahkan dari gawainya, anak yang kecanduan gawai itu mengamuk luar biasa, bahkan sampai mengatakan benci kepada ibunya.
Gawai Hanya Bersifat Satu Arah
Dalam kesempatan sama, Dokter Spesialis Anak DR. dr. Meita Dhamayanti, Sp.A(K) juga menyampaikan bahwa gawai tidak baik untuk tumbuh kembang anak.
Meita menjelaskan, bayi di bawah umur lima tahun (balita) yang sering bermain gawai akan mengalami stimulasi tumbuh kembang yang tidak optimal.
Menurut dia, anak seharusnya distimulasi dengan interaksi dua arah, sedangkan bermain gawai hanya bersifat satu arah. Akibatnya, tidak ada rangsangan optimal yang menyebabkan interaksi atau gerakan motorik seluruh tubuh untuk tumbuh kembang anak.
"Prinsipnya, tumbuh kembang harus optimal, tidak hanya satu sisi tapi seluruh aspek tumbuh berkembang itu harus terstimulasi dengan baik," ujar Meita, seperti dikutip Antara, Rabu (19/6/2019).
Saat bermain gawai, anak hanya fokus pada gerakan mata yang terus tertuju pada layar, sehingga perkembangan motoriknya tidak terangsang dengan baik. Hal ini diperkirakan bisa berdampak buruk pada perkembangan emosi sosial anak.
"Jangan biarkan anak main gawai sendiri," tegas Meita.
Alih-alih memberi anak gawai, Meita menyarankan orang tua untuk memberi stimulasi positif, seperti mengajak anak berdialog dan belajar mengenal sesuatu dari gambar.
Editor: Rony Sitanggang