BERITA

Catatan Utang Pemerintah, Paling Banyak untuk Jasa Kesehatan

Catatan Utang Pemerintah, Paling Banyak untuk Jasa Kesehatan

KBR, Jakarta - Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia per akhir April 2019 mencapai $389,3 miliar atau sekitar Rp5.533 triliun. Jumlah itu lebih tinggi 8,7 persen dibanding periode sama di tahun lalu.

Bank Indonesia (BI) menjelaskan, ULN Indonesia terdiri dari utang pemerintah dan bank sentral sebesar $189 miliar atau sekitar Rp2.700 triliun, ditambah utang swasta termasuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebesar $199,6 miliar atau sekitar Rp2.800 triliun.

"ULN Indonesia secara keseluruhan tumbuh 8,7 persen (year on year), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada Maret 2019 sebesar 7,9 persen (year on year)," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Onny Widjanarko, seperti dikutip Antara, Senin (17/6/2019).

BI menyebut, ULN pemerintah paling banyak dialokasikan untuk:

    <li><span style="Calibri Light">Pembiayaan sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial (18,8
    

    persen);

    <li><span style="Calibri Light">Sektor konstruksi (16,3 persen);</span></li>
    
    <li><span style="Calibri Light">Sektor jasa pendidikan (15,8
    

    persen);

    <li><span style="Calibri Light">Sektor administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib
    

    (15,1 persen), dan;

    <li><span style="Calibri Light">Sektor jasa keuangan dan asuransi (14,4 persen).</span></li></ol>
    

    Sedangkan ULN swasta paling banyak tercatat di sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor industri pengolahan, sektor pengadaan listrik, gas, uap atau air panas dan udara, serta sektor pertambangan dan penggalian (75,2 persen).


    Pemerintah Sudah Bayar Cicilan Utang

    BI menyebut utang pemerintah sudah turun dibanding bulan sebelumnya. Pada Maret 2019 ULN pemerintah tumbuh 3,6 persen, sedangkan di April 2019 pertumbuhannya 3,4 persen.

    Penurunan terjadi karena pemerintah telah membayar pinjaman senilai $0,6 miliar atau sekitar Rp8,6 triliun. Kepemilikan warga negara asing di Surat Berharga Negara (SBN) juga turun sebesar $0,4 miliar atau sekitar Rp5,7 triliun.

    BI juga menyebut, utang pemerintah masih sehat karena rasionya terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB) April 2019 sebesar 36,5 persen, relatif sama dengan rasio bulan sebelumnya.

    "Dengan perkembangan tersebut, meskipun ULN Indonesia mengalami peningkatan, namun masih terkendali dengan struktur yang tetap sehat. Bank Indonesia dan Pemerintah terus berkoordinasi untuk memantau perkembangan ULN," ujar pihak BI.


    Utang Pemerintah Cenderung Naik Terus

    Selama periode Maret 2019 – April 2019 utang pemerintah memang turun beberapa ratus juta rupiah.

    Tapi kalau dilihat dalam periode satu dekade terakhir, Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia sebenarnya sudah naik puluhan miliar dolar, atau setara ratusan triliun rupiah.

    Menurut data Statistik Utang Luar Negeri Indonesia yang dirilis Kementerian Keuangan dan BI, tahun 2010 ULN pemerintah adalah sekitar $118 miliar.

    Di tahun 2014 jumlahnya bertambah menjadi $129 miliar, dan di tahun 2016 terus naik menjadi $158 miliar.

    Di akhir tahun 2018 ULN pemerintah naik lagi menjadi $186 miliar. Dan di akhir April 2019, meski pemerintah sudah sempat membayar pinjaman, posisi utangnya tetap tercatat lebih tinggi dari tahun lalu yakni $189 miliar.

    Meski nilai tukar rupiah terhadap dolar fluktuatif, jumlah nominal ULN pemerintah cenderung terus bertambah tiap tahunnya.


    Editor: Citra Dyah Prastuti 

  • utang
  • utang luar negeri
  • Bank Indonesia
  • Ekonomi
  • BUMN

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!