BERITA

24 Tahun Dikerangkeng, Romeo Siap Dilepasliarkan di Samboja Lestari

24 Tahun Dikerangkeng, Romeo Siap Dilepasliarkan di Samboja Lestari

KBR, Balikpapan- Yayasan BOS membebaskan  orang utan jantan bernama Romeo untuk hidup di pulau pra-pelepasliaran di Samboja Lestari. Pembebasan sekaligus   memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang jatuh  5 Juni 2017.

Kata kata  Jamartin Sihite, pemimpin Yayasan BOS Pulau pra-pelepasliaran di Samboja Lestari saat ini ada tujuh buah, dengan empat pulau tambahan tengah dibangun. Kapasitas total tujuh pulau tersebut sekitar 30 orang utan. Setiap orang utan yang telah lulus Sekolah Hutan, ditempatkan di salah satu pulau ini sebelum dilepasliarkan di hutan.

red


Kata dia, Pulau-pulau ini juga dipergunakan untuk wilayah transisi bagi orang utan yang telah lama berada di kompleks kandang untuk mengetahui potensi mereka untuk dilepasliarkan ke hutan. Di Pulau 5, Romeo akan ditempatkan bersama dua betina yang telah lebih dulu dipindahkan, yaitu Fani dan Isti.  


Romeo adalah salah satu orang utan yang tertua di Samboja Lestari. Pada tahun 1993, Romeo dipulangkan dari Taiwan saat berusia 6 tahun dan sejak itu ia direhabilitasi di Samboja.


“Tahun 2017 ini bagi kami di Yayasan BOS adalah tahun #orang utanFreedom, dan tahun ini saja kami telah lepasliarkan 13 orang utan ke Hutan Kehje Sewen di Kutai Timur. Hari ini, kami berikan kebebasan kepada satu orang utan kami yang telah lama hidup di Samboja Lestari ini, untuk hidup di alam terbuka, setelah 24 tahun mendekam di kompleks kami yang ruang geraknya terbatas,” kata  Jamartin Sihite, CEO Yayasan BOS, Selasa (07/06). 

Jamartin melanjutkan, "hari ini dia pindah ke pulau pra-pelepasliaran, dan setelah kami bisa mengamati perkembangannya di lingkungan alami, kami bisa bantu siapkan dia untuk dilepasliarkan ke hutan alaminya."

Kata Jamartim, program pelepaslairan sempat terhenti selama 10 tahun. Ini lantaran  tidak tersedianya hutan untuk menampung orang utan dari pusat rehabilitasi.

"Akibatnya menumpuknya ratusan orang utan yang senasib dengan Romeo, menanti kebebasan. Kami sudah berhasil mengatasi tantangan ini, namun hutan di Kalimantan Timur yang kami kelola saat ini, Hutan Kehje Sewen, masih belum dapat menampung 100 orang utan lain yang kami rencanakan untuk dilepasliarkan," ujar Jamartim.

Dia melanjutkan, "Kami butuh dukungan untuk mendapatkan hutan lain. Kita masih butuh jasa lingkungan dari hutan seperti air bersih, udara bersih, dan keseimbangan iklim, berarti kita butuh orang utan hidup di hutan, karena mereka meningkatkan dan menjaga kualitas hutan. Untuk bisa menjaga mereka lestari di hutan, kita butuh menjaga hutan agar tidak dirusak.”

Sementara itu Sunandar Trigunajasa N., Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Timur,   mengatakan, pemindahan orang utan dari fasilitas yang tertutup ke fasilitas yang lebih terbuka oleh Yayasan BOS menunjukkan tindakan nyata.


“Semoga di kesempatan berikut kita bisa pindahkan beberapa orang utan sekaligus ke wilayah pra-pelepasliaran yang lebih besar dan dari pulau pra-pelepasliaran ke hutan. Semakin cepat kita bergerak, semakin besar harapan orang utan untuk lestari di habitatnya. Kita wajib bekerja bersama mewujudkan hal ini,” ujarnya.


Editor: Rony Sitanggang

  • orang utan
  • Pusat Reintroduksi Orangutan Samboja Lestari
  • Jamartin Sihite
  • Sunandar Trigunajasa N
  • BKSDA Kaltim

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!