KBR, Jakarta- Panglima TNI Gatot Nurmantyo mengklaim penggunaan atribut atau kaos berlambang komunis, mulai berkurang. Ini lantaran, sebelumnya ia telah memerintahkan anak buahnya mengejar siapapun yang membuat ataupun menyebarkan atribut tersebut.
Kata Gatot, perintahnya itu sesuai arahan Presiden Joko Widodo.
"Cari kalau ada yg pakai kaos, deketin. Saya sudah perintahkan pangdam. Dimana? Siapa yang pesan? Ini tak saya jelaskan. Kalau dijelaskan kan bocor. Kita bekerja dari bawah. Maka cari sampai ke otaknya langsung. Sekarang sudah berkurang," kata Gatot di Balai Kartini, Kamis (2/6/2016).
Kasus penangkapan terhadap orang-orang yang memakai atribut atau kaos berlambang Komunis, menimpa empat pemuda di Ternate. Di antaranya adalah aktivis Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN).
Penangkapan itu, lantaran mereka memiliki kaos Pecinta Kopi Indonesia. Kaos tersebut dianggap menyebarkan komunis karena gambar di kaos itu ada palu dan arit.
Selain itu Gatot Nurmantyo juga menolak jika simposium nasional yang digelar pada April lalu di Arya Duta, Jakarta, hendak meluruskan sejarah. Menurutnya, sejarah yang saat ini diajarkan sudah final. "Kalau diluruskan apakah siswa yang dulu belajar tak lulus? Kan sudah final. Sejarah yang mana? Sudah jelas sejarahnya. Ini cara memutarbalikkan fakta seolah-olah simposium meluruskan sejarah," ungkap Gatot.
Simposium Anti-PKI yang digagas para purnawiran seperti Kiki Syahnakri, digelar selama dua hari yakni pada 1-2 Juni 2016. Simposium ini digelar atas penolakan mereka terhadap simposium nasional penyelesaian peristiwa 1965 yang disokong Kemenkopolhukam pada 18-19 April 2016 lalu.
Simposium Anti-PKI ini dihadiri sejumlah pembicara semisal Yunahar Ilyas dari Muhamadiyah, Marsudi Suhud dari NU, Habib Riziek, Try Sutrisno, dan Alfian Tanjung
Editor: Rony Sitanggang