BERITA

PTUN Jakarta Mulai Sidang Gugatan 'Belok Kiri Fest' terhadap Pengelola TIM

""Harapannya lewat gugatan ini bisa memberikan kekuatan untuk masyarakat sipil," kata perwakilan Belok Kiri Festival, Dolorosa."

PTUN Jakarta Mulai Sidang Gugatan 'Belok Kiri Fest' terhadap Pengelola TIM
Ilustrasi. (Foto: Akun Twitter @BelokKiri_Fest)

KBR, Jakarta - Panitia penyelenggara Belok Kiri Festival menggugat pengelola Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Jakarta, Kamis (16/6/2016).

Gugatan itu terkait pembubaran yang dilakukan Kepala Unit Pengelola Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki (Kepala UP PKJ TIM) terhadap kegiatan pentas seni budaya Belok Kiri Festival pada 27 Februari lalu.


"Gugatan ini terkait pembatalan sepihak yang merugikan kami, dan merugikan publik," kata Ketua Penyelenggara Belok Kiri Festival, Dolorosa Sinaga.


Gugatan diajukan pada 24 Mei lalu, dan hari ini merupakan sidang pertama. Dolorosa berharap dengan dilakukannya sidang ini bisa membuka mata publik yang suaranya direpresi oleh pihak lain.


"Harapannya lewat gugatan ini bisa memberikan kekuatan untuk masyarakat sipil. Kalau mereka direpresi maka mereka bisa melawan dan menggugat. Siapapun yang dilanggar hak kegiatan berekspresi, dan berpendapat itu bisa membawa penindas ke ranah hukum. Secara hak ditindas dan dipasung, maka itu harus dilawan," kata Dolorosa.


Kuasa hukum Belok Kiri Festival, Pratiwi Febry mengatakan akibat pembatalan sepihak itu, penyelenggara Belok Kiri Festival mengalami kerugian, baik dari segi material maupun hak. Kerugian material mencapai sekitar Rp600 juta. Namun soal tuntutan ganti rugi, Pratiwi mengatakan itu urusan kesekian dan tidak dituntut di PTUN.


Pada 26 Februari 2016, kegiatan pesta seni budaya Belok Kiri Festival dihentikan secara sepihak oleh pengelola Taman Ismail Marzuki (TIM).


Hal ini dianggap sebagai penekanan hak berekspresi di ruang publik oleh pihak panitia.


"TIM itu pusat kesenian Jakarta, tempat orang berekspresi, oase kebudayaan, tempat orang belajar, tempar orang berkomunikasi secara verbal dan visual," kata Dolosa.


"Mestinya dia men-support kreativitas masyarakat yang bisa dibagikan dengan dialog intelektual kebudayaan. Kalau itu dipasung oleh direktur TIM, sudah mestinya mereka diingatkan," kata Dolorosa.


Editor: Agus Luqman 

  • Festival Belok Kiri
  • Belok Kiri Fest
  • TIM
  • Taman Ismail Marzuki
  • kebebasan berekspresi

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!