BERITA
Perhimpunan Peternak Beberkan Penyebab Turunnya Populasi Sapi
"Sekitar 1 juta ekor ternak betina dipotong setiap tahunnya untuk memenuhi kebutuhan daging nasional."
Yudi Rachman
KBR, Jakarta - Jumlah populasi sapi lokal terus menipis karena banyak program swasembada daging sapi gagal. Menurut Ketua umum DPP Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia, Teguh Budiana, menurunnya stok sapi lokal dalam beberapa tahun terakhir disebabkan ketidakjelasan pemerintah dalam program tata kelola ternak sapi.
Bahkan kata dia, akibat ketidakjelasan program pemerintah itu, sekitar 1 juta ekor ternak betina dipotong setiap tahunnya untuk memenuhi kebutuhan daging nasional.
"Memang sapi lokal sampai hari ini semakin lama semakin kecil
karena populasi. Terakhir, Sensus BPS dalam Sensus Pertanian 2013
populasi itu hanya 12,5 juta ekor. Tahun 2011, populasi sapi lokal itu
masih 14,5 juta ekor. Begitu kemarin ada kebijakan buka tutup buka tutup
impor yang tidak jelas. Sapi betina produktif itu banyak dipotong. Satu
Juta ekor pertahun sapi betina yang dipotong sejak tahun 2012," jelas
Ketua umum DPP Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia Teguh
Budiana di Jakarta, Sabtu (18/6).
Ketua umum DPP Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia Teguh Budiana juga mengaku heran program swasembada daging sapi setiap periode pemerintahan selalu gagal. Bahkan kata dia, setiap tahun pemerintah mengucurkan anggaran sekitar Rp18 triliun untuk program swasembada daging sapi.
"Waktu swasembada daging itu tidak tanggung-tanggung, dana APBN yang dikucurkan itu mencapai Rp18 triliun setiap tahunnya. Saya tidak tahu kok bisa gagal. Kita tahu banyak program-program proyek yang kemudian tidak jelas," ungkapnya.
Editor: Sasmito
- populasi sapi
- harga daging sapi
- daging sapi
- peternak sapi
- impor daging sapi
- swasembada daging sapi
Komentar (0)
KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!