BERITA

Penyandera WNI Minta Tebusan 200 Juta Peso

""Sebenarnya, kapal yang berangkat kesana ini, satu dia sudah melanggar moratorium. Yang kedua, rute sudah kita kasih, dia memotong rute yang aman."

Ade Irmansyah

Penyandera WNI Minta Tebusan 200 Juta Peso
Ilustrasi: Kapal milik PT. Rusdianto Bersaudara (Foto: Situs perusahaan).

KBR, Jakarta- Penyandera warga negara Indonesia (WNI) di perairan Filipina meminta tebusan sebesar 200 juta Peso atau setara lebih 56 miliar Rupiah. Panglima Tentara Nasional Indonesia TNI Gatot Nurmantyo mengatakan  tidak akan memberikan uang tebusan sepeserpun kepada pihak penyandera.

"Sementara yang diinformasikan adalah 200 juta peso, atau sekitar 55-60 miliar. Yang mereka minta adalah empat orang. Yang tiga orang belum kita pastikan dimana atau masih dicari. (Kondisi sandera?) Dari kemarin, saya ulangi siang tadi sehat. Tetapi saya belum  langsung komunikasi dengan sandera," ujar panglima TNI, Senin (27/06).  

Pemerintah memastikan negosiasi dan koordinasi dengan pemerintah Filipina terkait pembebasan 7 orang warga negara Indonesia (WNI) masih berlangsung. Panglima TNI, Gatot Nurmantyo mengatakan, pertemuan koordinasi saat ini masih dilakukan oleh jajaran para Menteri Luar Negeri masing-masing negara. Kata dia, TNI menunggu instruksi dan langkah apa yang bakal diambil  dari hasil pertemuan tersebut.

"Jadi hari ini masih dilakukan pertemuan, tahapanya pertama kan para Menlu. Kalau Menlu sudah lalu setingkat Menteri Pertahanan. Kalau sudah baru panglima TNI. Tapi intinya Filipina sangat terbuka, tetapi ini kan masih belum sama Menhan yang lama. Belum sama calon menhan. Besok ini tanggal 30 sama Menhan yang definitif," ujarnya kepada wartawan seusai acara buka puasa bersama dengan Presiden Di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta.

Dia memastikan, kapal yang ditumpangi para sandera melanggar aturan. Pertama, kapal sebenarnya tidak diizinkan menuju Filipina. Kedua, kapal memotong rute aman yang telah diberikan pemerintah.

"Sebenarnya, kapal yang berangkat kesana ini, satu dia sudah melanggar moratorium. Yang kedua, rute sudah  kita kasih, dia memotong rute yang aman. Mungkin 4-5 NM jaraknya dari perairan Jolo. Nah sekarang ini yang dibicarakan Menhan formulasinya gimana, karena 96 persen batubara di Filipina berasal dari Indonesia. Kalau kita tidak kirim tergantung mereka, kalau mereka jamin, kita kirim, atau kalau  tidak ada tentara atau ada rute khusus diamankan rute itu," ujarnya.

Kata dia, menurut informasi terakhir, keberadaan 7 orang sandera WNI yang disandera di Filipina belum seluruhnya diketahui keberadaannya. Hingga kini kata dia, Baru empat sandera yang diketahui yakni di Pulau Jolo. Meski demikian kata dia, kabar itu  masih perlu diklarifikasi lagi. Keempat sandera dan ketiga sandera ditawan di lokasi terpisah.

"Ada di Jolo, yang sementara yang bisa di monitor yang bisa diketahui, adalah empat. Tapi perlu diverifikasi lagi. Terpisah dengan yang tiga. (Dua pelaku berbeda?) Iya, salah satu bisa dipastikan Alhabsi. Satunya lagi kelompoknya pertama. Kita verifikasi terus, kita cek bener dimana keberadaannya," ujarnya.


Sebelumnya, 2 kelompok  menyandera warga negara Indonesia anak buah kapal Charles di bawah naungan PT Rusianto Bersaudara. Terdapat 13 kru kapal tersebut, namun   hanya menyandera 7 orang saja, sedangkan sisanya dibiarkan kembali berlayar. Laporan tersebut didapat pertama kali oleh istri dari salah satu awak kapal atas nama Dian Megawati Ahmad, yang saat ini suaminya menjadi salah satu sandera atas nama Sofyan sebagai juru mudi. 


Editor: Rony Sitanggang

  • wni disandera
  • perairan Filipina
  • Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo
  • kapal Charles di bawah naungan PT Rusianto Bersaudara

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!