BERITA

Pengamat: Tito Kapolri, Densus 88 Jangan Sampai Makin Represif

""Yang saya khawatirkan adalah (Densus) justru lebih eksesif," kata pengamat terorisme Taufik Andrie."

Eli Kamilah

Pengamat: Tito Kapolri, Densus 88 Jangan Sampai Makin Represif
Detasemen Khusus 88 Antiteror Kepolisian menangkap empat orang yang diduga anggota jaringan Mujahidin Indonesia Timur (MIT) anak buah Santoso di Palu, Sulawesi Tengah, Minggu (5/10/2016). (Foto: www.b

KBR, Jakarta - Pemberantasan terorisme di bawah kepemimpinan Tito Karnavian masih belum banyak perubahan.

Pengamat Terorisme, Taufik Andrie menilai sebagai Kepala BNPT, Tito Karnavian belum mengeluarkan kebijakan apapun soal terorisme. Termasuk soal perbaikan cara penanganan terorisme.


Taufik Andrie mengakui keahlian yang dimiliki Tito Karnavian dalam penanganan terorisme. Begitu juga dengan pengetahuan, jaringan dan sepak terjang yang terukur.


Namun, Taufik Taufik mengkhawatirkan peran Detasemen Khusus Antiteror 88 Mabes Polri saat ini. Taufik menyarankan Tito membenahi terlebih dahulu Densus, sebelum nantinya terpilih menjadi Kapolri.


Salah satu yang perlu dibenahi adalah sistem pengawasan Densus dan mengadakan evaluasi dalam penangkapan dan penanganan tiap tindakan terorisme yang dilakukan Densus.


"Yang saya khawatirkan adalah (Densus) justru makin eksesif (bertindak berlebihan). Padahal memang perlu ada evaluasi dan kontrol yang lebih baik pada kinerja Densus. Artinya, yang bagus tetap dipertahankan tapi hal buruk misalnya represif dalam operasi penindakan, penembakan, penyiksaan terhadap tersangka dan seterusnya itu mulai bisa dihindari. Itu bisa transparan dan akuntabel," kata Taufik kepada KBR, Kamis (16/6/2016).

(Baca: Kasus Siyono, Dua Anggota Densus 88 Didemosi)

Taufik menambahkan selama ini Tito dikenal terlalu represif dalam menangani aksi terorisme. Namun, dia yakin, seorang Tito Karnavian mampu menerjemahkan harapan publik soal pemberantasan korupsi yang lebih baik. Termasuk saat nanti jika dia menjabat Kapolri.

"Pilihannya memang tidak banyak. Baik saat jadi Kapolda Papua atau Metro Jaya, saat menghadapi kekerasan, mungkin polanya menghadapinya dengan cara yang sama, yakni fungsi refresif. Namun nanti ketika di kepolisian, kebijakannya akan lebih makro. Mungkin kapasitasnya manajemen dan pengelolaan organisai Polri lebih patut untuk dilihat. Harapan saya sih, dia pemberantasan korupsi lebih maju lagi. karena saya yakin dia lebih mengerti ekspektasi publik," ujar Taufik.


Ketika ditanya soal pencalonannya yang melompati para senior di Polri, Taufik menilai Tito cukup lugas untuk bisa merangkul banyak pihak. Hingga hari ini pun, kata dia belum ada kasus yang melibatkan Tito dengan institusinya.


"Hambatan gesekan itu mungkin ada. karena secara psikologis dia melakukan lompatan, akan ada dampak tertentu. Hambatannya lebih pada psikologis, ada beberapa kelompok atau klan antar angkatan. Tapi saya kira itu bisa diatasi, karena ketika jadi Kapolri itu wewenang tunggal," lanjut Taufik.


(Baca: Ini Lima Alasan Mengapa Jokowi Ajukan Tito Karnavian Jadi Kapolri)


Editor: Agus Luqman 

  • Tito Karnavian
  • BNPT
  • calon kapolri
  • Kapolri
  • terorisme
  • Densus 88 Antiteror
  • tersangka terorisme
  • Mabes Polri

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!