HEADLINE

Kemensos Sisir Data Anak-anak Eks-Gafatar yang Alami Trauma

"Direktur Perlindungan Sosial Kemensos, Syahabuddin mengatakan, dalam berbagai konflik, kementeriannya akan memberikan rehabilitas psikososial bagi korban."

Kemensos Sisir Data Anak-anak Eks-Gafatar yang Alami Trauma
Aktivis Solidaritas Perempuan Dinda Nuranissa Yura (kanan) menenangkan Petani Mandiri Mempawah Rizka (kiri) saat memaparkan fakta kekerasan yang terjadi pada perempuan dan anak kelompok Gafatar. (Foto

KBR, Jakarta- Kementerian Sosial bakal menyisir data anak-anak anggota eks-Gafatar yang masih mengalami trauma, pasca pengusiran paksa dari Mempawah, Kalimantan Barat pada Januari lalu. Direktur Perlindungan Sosial Korban Bencana Sosial Kemensos, Syahabuddin mengatakan, dalam berbagai konflik, kementeriannya akan memberikan rehabilitas psikososial bagi korban. Termasuk dalam kasus pengusiran warga eks Gafatar.

"Kementerian Sosial sangat mungkin memberikan dukungan psikososial. Karena kan kami juga mempunyai tenaga-tenaga psikososial untuk itu. Ini tugas kami untuk memberikan pendampingan," jelas Syahabudin saat dihubungi KBR, Kamis (9/6/2016).

Meski begitu Syahabuddin mengaku belum mendapatkan laporan dari daerah terkait kondisi traumatik yang dialami anak-anak anggota eks-Gafatar. Kalau pun ada laporan, kata dia bukan soal kasus trauma melainkan upaya pendamaian antara anggota eks Gafatar dengan keluarga. Seperti laporan yang dia terima dari Sanjai, Sulawesi Selatan.

Baca juga: Trauma Anak Eks-Gafatar

Namun, dia memastikan bakal proaktif mengecek masing-masing dinas sosial di daerah untuk mendata berapa banyak anak-anak anggota eks-Gafatar yang memerlukan layanan psikososial.

"Kalau memang ada info (trauma--Red) begini, ada terjadi di daerah maka kami akan proaktif. Karena risiko sosial akan muncul kan. Bisa saja melahirkan konflik. Jadi dengan ada informasi ini, setelah ini kami  menyisir lagi, di mana ada kasus ini. Kami tetap ada deteksi dini," jelasnya.

Rehabilitasi psikososial ini berupa pelayanan psikologis dan sosial bagi warga yang sedang di tengah atau pasca konflik.

Syahabuddin menjelaskan, setelah dari penampungan, anggota eks Gafatar sudah tidak lagi menjalani program trauma healing. Sebab, baik orang dewasa maupun anak-anak anggota eks Gafatar, kini telah menetap di kampung halaman masing-masing.

"Sekarang kan sudah tidak ada trauma healing, dulu trauma healing ketika mereka kaget dan stres di penampungan. Terutama anak-anak. Kenapa mereka harus berpindah-pindah. Sekarang kan mereka sudah menetap di suatu tempat, jadi sudah tidak ada lagi trauma healing. Yang ada sekarang pembinaan keagamaan dan wawasan kebangsaan," ungkap Direktur Perlindungan Sosial Korban Bencana Sosial Kemensos, Syahabudin.

Baca juga: Pemulihan Trauma di Daerah Sudah Dilakukan

Saat itu, kata dia, Kemensos menganggap layanan tersebut tak lagi diperlukan lantaran anak-anak sudah tak mengalami trauma, seperti saat di penampungan dan pasca pemulangan paksa dari Mempawah, Kalimantan Barat.

Sebelumnya warga eks-Gafatar menyatakan anak-anak mereka mengalami trauma usai diusir paksa dari Mempawah, Kalimantan Barat. Salah satu warga, Entong Pratama, mengatakan anaknya sering mengigau tentang pengusiran yang terjadi Januari lalu. Saat itu, rumah Entong dan anaknya didatangi ribuan massa, mereka kemudian diteriaki untuk bangun dan dimaki-maki.

Sementara, warga eks-Gafatar lain, Riska Amelia mengungkapkan, anaknya menjadi pendiam usai pengusiran tersebut. Kata dia, buah hatinya itu juga jadi mudah menangis ketika melihat orang banyak.

Editor: Dimas Rizky

  • gafatar
  • anak gafatar
  • trauma anak
  • Trauma Healing
  • kementerian sosial
  • Direktur Perlindungan Sosial Korban Bencana Sosial Kementerian Sosial

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!