BERITA
Menteri Susi Janjikan 60 Persen Anggaran 2016 Untuk Kepentingan Nelayan
"Menteri Kelautan dan Perikanan (MKP) Susi Pudjiastuti mengatakan, selama ini banyak program di kementeriannya yang terlalu fokus pada pembangunan infrastruktur."
KBR, Jakarta - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berjanji 60
persen anggaran tahun depan digunakan untuk memajukan nelayan sebagai
stakeholder utama. Menteri Kelautan dan Perikanan (MKP) Susi Pudjiastuti
mengatakan, selama ini banyak program di kementeriannya yang terlalu
fokus pada pembangunan infrastruktur. Namun, Susi mengakui, tahun ini,
dirinya masih kecolongan, sejumlah program masih belum berpihak pada
kepentingan nelayan.
"Budgetnya KKP, selama ini saya lihat,
contohnya, Dirjen (Perikanan) Tangkap kita, 41 persen anggarannya untuk
infrastruktur. Tapi anyway, tahun ini kita can't do anything. Yang jelas
tahun depan, saya pastikan bahwa semua anggaran kita, 60 persen harus
jatuh ke stakeholder kita, stakeholder kita adalah nelayan, pembudidaya,
tentu asistensi untuk pengusaha di bidang itu. Tidak mau lagi saya
bangun pelabuhan, jalan, itu bukan kerjaan kita," kata Susi di Dewan
Pers, (22/6/2015).
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti
menambahkan, tahun depan meminta tambahan anggaran 21 triliun
rupiah. Kata dia, jumlah ini semestinya disepakati, lantaran potensi
hasil panen nelayan diperkirakan melimpah, akibat gelombang panas el
nino. Menurut dia, hal ini akan menurunkan harga dan meningkatkan daya
beli masyarakat terhadap ikan dan hasil laut.
"El Nino ini akan
memicu musim perikanan yg luar biasa di perikanan tangkap. Ekstrim el
nino akan memicu ikan. Karenanya, seharusnya perikanan dikasih dana
memadai. Kita tahun depan akan minta tambahan 21 triliun, jadi 31
triliun," lanjut Susi.
EDitor: Rony Sitanggang
- KKP
- Menteri susi
- Anggaran nelayan
- perikanan tangkap
- kepentingan nelayan
Komentar (0)
KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!