NASIONAL

Saran Pelapor Khusus PBB agar Harga Rumah di Indonesia Terkendali

"Menurut Raquel, pengaturan ini mutlak bagi penyediaan perumahan dengan harga terjangkau. Raquel juga mengusulkan agar pemerintah banyak membeli tanah di kota untuk mengerem lonjakan harga rumah. Raquel mengatakan, harga tanah di perkotaan Indonesia mele"

Guruh Dwi Rianto

Saran Pelapor Khusus PBB agar Harga Rumah di Indonesia Terkendali
PBB, harga rumah, harga terjangkau, Raquel Rolnik

KBR68H, Jakarta – Pelapor Khusus Perserikatan Bangsa-bangsa PBB untuk Perumahan Raquel Rolnik merekomendasikan kepada pemerintah Indonesia agar memasukan hak perumahan warga miskin dalam rencana tata ruang kota.

Menurut Raquel, pengaturan ini mutlak demi penyediaan perumahan dengan harga terjangkau. Raquel juga mengusulkan agar pemerintah banyak membeli tanah di kota untuk mengerem lonjakan harga rumah.

Pelapor khusus PBB Raquel Rolnik mengatakan, harga tanah di perkotaan Indonesia melejit karena ulah pengembang swasta.

"Jadi, pemberian zona merupakan sarana yang sangat penting dan bisa digunakan untuk melindungi pemukiman dan komunitas yang ada. Ini juga bisa digunakan untuk menggalakan rumah sederhana dan murah di kota-kota tempat ini akan dibangun. Di tempat-tempat seperti inilah rumah sederhana dan sederhana bisa dibangun,” kata Pelapor Perserikatan Bangsa-bangsa untuk Perumahan Raquel Rolnik di kantor PBB di Jakarta.

Raquel menambahkan para pengembang mendapatkan kucuran modal besar dari luar negeri untuk membeli tanah-tanah perkotaan. Akibatnya, harga perumahan semakin jauh dari jangkauan kaum miskin kota.

Kalangan pengembang perumahan memperkirakan harga properti di Indonesia bakal terus naik. Tahun ini dan tahun depan harga properti diperkirakan terus naik antara 15-20 persen per tahun.

Editor: Agus Luqman

  • PBB
  • harga rumah
  • harga terjangkau
  • Raquel Rolnik

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!