NASIONAL

Tekan Depresiasi Rupiah dan Inflasi, Ini Saran CSIS

""Guna menghindari terjadinya peralihan modal, yang bisa berdampak pada depresiasi nilai tukar dan juga menambah tekanan terhadap inflasi khususnya yang berasal dari imported product""

Resky Novianto

Tekan Depresiasi Rupiah dan Inflasi, Ini Saran CSIS
ilustrasi mata uang. (Foto: Antara)

KBR, Jakarta - Peneliti Departemen Ekonomi Center for Strategic and International Studies (CSIS), Deni Friawan, mendorong agar Bank Sentral atau Bank Indonesia (BI) segera menaikan suku bunga acuannya.

Menurutnya, kenaikan suku bunga acuan dinilai penting guna menekan laju inflasi dan penurunan nilai tukar rupiah ke depan.

"Kami pikir Bank Indonesia sebaiknya mulai segera untuk menaikkan suku bunga acuannya, guna menghindari terjadinya peralihan modal atau capital flight, yang bisa berdampak pada depresiasi nilai tukar dan juga menambah tekanan terhadap inflasi khususnya yang berasal dari imported product (barang impor, red)," ujar Deni dalam Diskusi CSIS Media Briefing: Ancaman Kenaikan Harga Pangan di Indonesia secara virtual, Senin (30/5/2022).

Deni Friawan menjelaskan, kenaikan suku bunga acuan ini diperlukan sebagai upaya bertahap menarik kembali besarnya jumlah uang beredar.

"Khususnya, yang diakibatkan oleh masifnya stimulus moneter dan fiskal selama masa pandemi COVID-19," ungkapnya.

CSIS, kata Deni, juga menilai salah satu penyebab dari peningkatan harga-harga komoditas dan pangan disebabkan masifnya kebijakan moneter stimulus moneter dan fiskal yang dilakukan seluruh pemerintah dan bank sentral di seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Baca: BI Koreksi Pertumbuhan Ekonomi di Kisaran 4,5 hingga 5,3 Persen

Sebelumnya, rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) memutuskan mempertahankan tingkat suku bunga acuan (7 Days Reverse Repo Rate/BI 7DRR) sebesar 3,5 persen pada Mei 2022.

Selain suku bunga acuan, BI juga mempertahankan suku bunga deposit facility dan bunga lending facility masing-masing tetap 2,75 persen dan 4,25 persen.

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo mengatakan kebijakan ini diambil setelah mempertimbangkan kondisi ekonomi di global maupun domestik.

Dari sisi global, Perry menilai proses pemulihan ekonomi akan terganggu di tengah lonjakan inflasi dan kebijakan moneter di beberapa negara.

Senin (30/5/2022), nilai tukar (kurs) rupiah ada di posisi Rp14.556 per 1 dolar AS. Mata uang garuda itu menguat 10 poin atau 0,7 persen dari Rp14.566 per dolar AS pada Jumat (27/5/2022) lalu.


Editor: Kurniati Syahdan

  • suku bunga acuan
  • bank indonesia
  • CSIS
  • inflasi
  • nilai tukar rupiah
  • kurs

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!