NASIONAL

Pengangguran di Tanah Air Masih Tinggi, Ini Saran Ekonom

"Dari total tenaga kerja yang terserap didominasi oleh pekerja informal sebesar 3,19 juta. Sedangkan sektor formal hanya terserap 1,36 juta orang."

Pengangguran di Tanah Air Masih Tinggi, Ini Saran Ekonom
Para pencari kerja di pameran Job Fair Disnaker Sidoarjo, Jawa Timur , (20/10/2016). FOTO: Antara.

KBR, Jakarta- Lembaga kajian ekonomi Institute for Development of Economics (Indef) menyarankan pemerintah, agar memperluas program penyerapan lapangan kerja untuk mengurangi angka pengangguran yang tinggi.

Wakil Direktur Indef, Eko Listiyanto mengatakan, pemerintah bisa mengalihkan anggaran infrastruktur yang tidak mendesak ke program penyerapan lapangan kerja tersebut.

“Saya rasa ini akan lebih urgen dibandingkan berbagai macam upaya pembangunan infrastruktur yang mungkin hasilnya masih akan lama. Tapi kalau ini dilakukan nanti ada akseleran di dalam konsumsi kita dan juga dari sisi kualitas pertumbuhan terutama dalam penciptaan lapangan kerja,” kata Eko dalam konferensi pers, Rabu (11/5/2022).

Wakil Direktur Indef Eko Listiyanto menambahkan, penyerapan tenaga kerja dapat mempertahankan dan mengoptimalkan pertumbuhan ekonomi yang telah tumbuh positif 5,01 persen pada triwulan pertama.

“Karena dari bekerja mereka dapat uang dari dapat uang mereka bisa berbelanja. Artinya ya tekan pengangguran serendah mungkin. Kalau sekarang posisinya masih 8,4 juta jiwa, sebelum COVID-19 itu bahkan sudah sangat rendah bahkan di bawah 5 persen. Itu ya kembalikan lagi pengangguran ini ke level yang rendah tadi,” katanya.

Sementara itu, Peneliti Makro Ekonomi dan Keuangan Indef, Abdul Manap Pulungan menyebut, dari total tenaga kerja yang terserap didominasi oleh pekerja informal sebesar 3,19 juta. Sedangkan sektor formal hanya terserap 1,36 juta orang.

“Artinya, penyerapan tenaga kerja sebesar 4,55 juta sebanyak 70,1 persen pada sektor informal. Ini menunjukan bahwa pertumbuhan kita masih dipertanyakan kualitasnya,” kata Manap

Manap memaparkan, dari total penyerapan tenaga kerja 4,55 juta, 4 juta orang berpendidikan SD ke bawah. Sedangkan, tenaga kerja Diploma I/II/III dan universitas yang terserap pada Februari 2022, masing-masing hanya 0,04 juta atau 0,88 persen dan 0,12 juta atau 2,64 persen. Dengan demikian ia menilai adanya kegagalan tenaga kerja berpendidikan diserap pasar tenaga kerja.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan jumlah pengangguran di Indonesia mencapai 8,40 juta orang per Februari 2022. Jumlah itu turun sekitar 350 ribu orang dari Februari 2021 yang mencapai 8,75 juta orang.

Kepala BPS Margo Yuwono mengatakan, penurunan tersebut sejalan dengan tingkat pengangguran terbuka (TPT) secara nasional yang turun 6,26 persen, pada Februari 2021 menjadi 5,83 persen pada Februari 2022. Atau turun sebesar 0,43 persen dibandingkan Februari 2021.

Tingkat pengangguran terbuka merupakan indikator yang digunakan untuk mengukur tenaga kerja, yang tidak terserap oleh pasar dan menggambarkan kurang termanfaatkannya pasokan tenaga kerja.

“Meskipun tahun belakangan mengalami penurunan, tapi tingkat pengangguran kita belum kembali kepada posisi sebelum krisis. Karena Februari 2020 itu belum ada pandemi COVID, pengangguran kita 4,94 persen,” kata Margo dalam konferensi pers secara virtual, Senin (9/5/2022).

Baca juga:

Tenaga Kerja Terserap 4,55 Juta Orang, Terbesar Sektor?

Editor: Dwi Reinjani

  • tingkat pengangguran
  • Pengangguran
  • lapangan kerja

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!