Bagikan:

Ahli Epidemi: Indonesia Kekurangan 23 Laboratorium Tes PCR

"Kapasitas pemeriksaan spesimen kita masih ada problem. Maka sampai kapanpun kita nggak ada pelaporan kasus puncak."

BERITA | NASIONAL

Selasa, 12 Mei 2020 15:29 WIB

Ahli Epidemi: Indonesia Kekurangan 23 Laboratorium Tes PCR

Tim dokter sedang bekerja di laboratorium PCR di RSUD Doris Sylvanus Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Rabu (6/5/2020). (Foto: ANTARA)

KBR, Jakarta - Ahli epidemiologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) Syahrizal Syarif mengungkapkan bahwa Indonesia masih kekurangan setidaknya 23 unit laboratorium Real Time-Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) untuk tes Covid-19.

Menurut Syarif, Indonesia perlu minimal 80 laboratorium RT-PCR supaya mampu mencapai target pemeriksaan 10.000 spesimen per hari. Namun, sampai Senin (11/5/2020) baru ada 57 laboratorium RT-PCR.

"Kapasitas pemeriksaan spesimen kita masih ada problem. Maka sampai kapanpun kita nggak ada pelaporan kasus puncak," kata Syarif kepada KBR, Selasa (12/5/2020).

"Bagaimana mau melaporkan puncak wabah kalau kemampuan kita terbatas memeriksa? Kalau kita melaporkan 500 (kasus Covid-19) hari kemarin itu, kita mampu memeriksa 7.000 spesimen. Hanya itu saja. Inginnya 10.000 spesimen, 10.000 itu bisa menggambarkan kurang lebih laporannya bisa sampai 600-an sampai 800-an (kasus Covid-19)," lanjutnya.


Data Kasus Covid-19 Tidak Aktual

Ahli epidemiologi FKM UI Syahrizal Syarif memaparkan, masalah kekurangan laboratorium ini membuat proses pemeriksaan Covid-19 berjalan lambat, yakni sekitar 7-15 hari per kasus. 

Akibatnya, data kasus Covid-19 Indonesia menjadi tidak aktual serta tidak ideal dijadikan dasar kebijakan.

"Gimana kita mau membuat prediksi-prediksi dari data yang tidak benar? Orang Singapura pakai data kita prediksi (pandemi selesai) bulan Juni. Lalu setelah data kita dilaporkan, beberapa hari kemudian dia koreksi, 'hggak jadi Juni, (pandemi selesai) September. Lalu diikuti lagi data kita, dia lihat-lihat, dia bilang sekarang Indonesia akan baru selesai Oktober."

"Bagaimana dia bsa berubah-ubah prediksinya? Karena mengikuti data kita yang tidak menggambarkan situasi yang sesungguhnya," tukas Syarif.

Untuk solusinya, ia menegaskan perlu ada penambahan laboratorium serta reagen tes Covid-19 demi mempercepat penanganan pandemi di Indonesia. 

Editor: Agus Luqman

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

BERITA LAINNYA - NASIONAL

Kabar Baru Jam 7

Badai PHK dan Tingginya Pengangguran

Kabar Baru Jam 8

Kabar Baru Jam 10

Desakan Bikin Layanan Konsultasi Psikologi di Kampus

Most Popular / Trending