KBR, Jakarta - TNI mengklaim kegiatan penyisiran atau sweeping terhadap atribut atau orang-orang yang terindikasi mendukung gerakan komunis dilakukan untuk membantu kepolisian. Juru Bicara TNI Angkatan Darat, Sabrar Fadhilah menjelaskan, TNI memiliki inisiatif membantu kepolisian untuk mencegah kebangkitan ideologi komunis dan PKI.
"Fenomena kebangkitan ideologi komunisme dan PKI sudah sangat masif di masyarakat."Katanya kepada KBR, Kamis (12/5/2016). Upaya ini menurut Sabrar bisa dilakukan tanpa harus menunggu permintaan dari kepolisian.
"TNI juga kan sebagai anak bangsa. Saya kira setiap anak bangsa bisa melaporkan kejadian seperti ini. Kalau membaca surat edaran tersebut, semua dalam rangka mengedepankan hukum, Undang-undang, kemudian juga membantu pihak kepolisian. (Artinya tidak perlu ada permintaan dari kepolisian?) Tidak perlu. Masyarakat juga tidak perlu menunggu sinyal-sinyal dari kepolisian apabila melihat hal-hal semacam itu. Mereka boleh lapor kepada aparat keamanan. Bisa kepolisian ataupun TNI. Asal selanjutnya diserahkan kepada polisi untuk diselidiki lebih lanjut," Jelasnya.
Sebelumnya, TNI
dikritik atas upaya penyisiran atau sweeping terhadap buku-buku, atau
atribut yang dianggap berkaitan dengan paham komunis. Pengamat militer
menyebut, tugas itu bukanlah tugas tentara, melainkan kewenangan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Meski begitu, lanjutnya, TNI bisa diminta bantuan oleh Kepolisian dalam hal-hal
tertentu, semisal penangkapan teroris. Hanya saja, perbantuan itu harus jelas
sehingga tak menimbulkan keresahan di masyarakat.
Sebelumnya, di berbagai daerah, sejumlah penerbit buku didatangi tentara. Toko Buku Ultimus Bandung misalnya, kedatangan anggota TNI yang menanyakan tentang buku-buku yang dijual Ultimus. Mereka ingin memastikan apakah ada yang mengandung komunis atau berkaitan dengan PKI atau tidak. Begitu pula Resist Book, Yogjakarta yang didatangi tentara pada Selasa (10/5/2016) siang. Sementara di Ternate, Kodim 1501 Ternate menyita lima buku milik aktivis Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN). Di antaranya, Nalar yang memberontak (filsafat Maxisme), Investigasi Tempo “Lekra dan Geger 1965”, dan Orang yang di persimpangan Kiri Jalan.
Editor: Malika