KBR, Jakarta- Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengatakan peritiwa 65 sebaiknya tidak perlu dibahas. Ia terang-terangan tidak setuju dengan Menteri Kordinator Bidang Politik dan HAM Luhut Binsar Panjaitan soal penyelenggaraan simposium tragedi 65/66, April lalu. Ryamizard bersikukuh simposium hanya membuka luka lama.
"Sudahlah, selesaikan. Hiduplah kita bersama. Kita bangun negara. Ini kok muncul-muncul. Kalau kata orang Betawi ngeledek-ngeledek. Itu kan lama-lama bikin orang marah,"kata dia merespon pertanyaan soal simposium, Jumat(13/5/2016).
Ryamizard juga membantah dirinya memberikan dukungan terkait rencana menggelar simposium tandingan seperti yang digagas beberapa bekas TNI. Namun, jika simposium tandingan itu terlaksana, Ryamizard berharap itu jadi yang terakhir.
"Saya sangat menyesalkan simposium. Simposium dibalas simposium. Nanti akan banyak-banyak. Nah mudah-mudahan satu itu aja deh. Menjawab yang itu, udah. Simposium yang kemarin kan berpihak pada kiri, jelas."
Soal isu kebangkitan komunis di Indonesia, Ryamizard mengatakan pemerintah masih selidiki penyebar isu. Namun ia menyayangkan kejadian ini. "Dulu kita bilang laten. Ternyata beneran ada. Yang disayangkan, anak-anak kecil yang disuruh maju. Pengecut itu."
Sebelumnya, persatuan purnawirawan TNI dan sejumlah organisasi kemasyarakatan berencana menggelar simposium tandingan untuk membahas tragedi 65/66. Kata bekas Wakil Kepala Staf Angkatan Darat Kiki Syahnakri mengklaim Kemenhan sudah mengetahui dan mendukung rencana tersebut.
Editor: Malika