BERITA

Kapolri Minta Masyarakat Tidak Terprovokasi Isu HUT PKI

"Badrodin menjelaskan isu PKI saat ini bukanlah sebuah gerakan, tapi upaya penyelesaian dari pemerintah terhadap korban-korban tragedi 1965 yang dituding PKI."

Muji Lestari

Kapolri Minta Masyarakat Tidak Terprovokasi Isu HUT PKI
Kapolri Badrodin Haiti. Foto: Muji Lestari

KBR, Jombang– Kepala Kepolisian Indonesia, Badrodin Haiti meminta masyarakat agar tidak terprovokasi isu hari ulang tahun (HUT) Partai Komunis Indonesia, pada 9 Mei besok. Pernyataan itu dilontarkan Kapolri saat bertemu dengan sejumlah Kiai dan Para pengasuh Pondok Pesantren di Tambakberas, Jombang, Jawa Timur, Minggu (08/05/16).

Badrodin menjelaskan isu PKI saat ini bukanlah sebuah gerakan, tapi upaya penyelesaian dari pemerintah terhadap korban-korban tragedi 1965 yang dituding PKI.


“Ya sebetulnya bukan gerakan karena memang Pemerintah memberikan ruang karena waktu itu sudah ada simposium terkait peristiwa 1965, di situ masih banyak persoalan-persoalan yang memang tidak sinkron satu sama lain, oleh karena itu dicari hal-hal, keterangan tambahan yang bisa menjustifikasi," kata Badrodin Haiti.


Isu soal peringatan HUT PKI pada 9 Mei 2016 menyebar di media sosial. Sementara Simposium nasional tragedi 1965 merupakan acara yang disokong Menkopolhukam Luhut Binsar Pandjaitan untuk penuntasan kasus pelanggaran HAM berat masa lalu pada 1965. Kegiatan itu menghadirkan ratusan peserta mulai dari akademisi, lembaga pendamping korban dan pelaku yang mengetahui tragedi tersebut. Menurut Ketua Panitia Pengarah Simposium, Agus Widjojo, simposium digelar untuk menuntaskan tragedi berdarah itu melalui jalan nonyudisial yakni rekonsiliasi.

Editor: Sasmito Madrim

  • Kapolri Badrodin Haiti
  • HUT PKI
  • tragedi 65
  • Simposium nasional “Membedah Tragedi 1965”

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

  • Drs.H.Fathur Rohman Ms.MH.MHES.8 years ago

    Ass.wr.wb.. monggo didiskusikan, namun tidak harus memakai atribut PKI, baik berupa kaos maupun PIN dlsb... masyarakat bawah tahunya sebuah gerakan yang membahayakan, jiwa NKRI sangat melekat, keluarga dan anak cucu dari korban 1965 tersebut kini masih banyak, semoga ada penyelesaian yang sebaik-baiknya. Saat kejadian 1965 tersebut saya aktifis di ANSOR, ayah saya ketua ranting NU, ibu saya ketua muslimat, di rumah saya saat itu dijaga ketat, karena isunya ayah dan ibu saya akan diambil oleh PKI, saat itu oknum DANRAMILnya orang PKI dan sudah habis... subhanallah.. ngeri...pembantaian besar-besaran, dari keluarga saya juga banyak yang kena bantai karena aktif di BTI (Barisan Tani Indonesia)... mereka tidak tahu... tapi sudah dikelompokkan Golongan C dlsb. semoga negeri ini tdk ada masalah lagi semacam pembantaian besar-besaran itu... mari kita jaga bersama... "jangan membangunkan harimau yang lagi tidur"...Wassalam wr.wb.