BERITA

Bermula dari Teror, Pelanggaran Kebebasan Berekspresi Masuk Babak Baru

"Polisi menempati urutan puncak pelaku pelanggaran kebebasan berekspresi."

Bermula dari Teror, Pelanggaran Kebebasan Berekspresi Masuk Babak Baru
Ilustrasi

KBR, Jakarta – Jaringan penggerak kebebasan berekspresi online SAFENET melihat adanya tren baru dalam pola pelanggaran kebebasan berkumpul dan berpendapat di Indonesia. Aktivis SAFENET, Damar Juniarto mengatakan tindakan pembubaran dan tekanan tidak lagi berlangsung keras secara fisik namun bermula dari teror.

"Semua itu munculnya dari teror. Dari SMS, Whatsapp, pengerahan massa, penghadiran secara fisik. Orang datang, lalu mereka melakukan ancaman verbal,"kata Damar, Kamis(12/5/2016).

Damar Juniarto menambahkan, setelah tahapan teror, pola pelanggaran kebebasan berkumpul dan berpendapat masuk ke tahap swasensor.  

Yogyakarta menjadi kota dengan tingkat pelanggaran tertinggi. Belum lama ini polisi membubarkan peringatan Hari Kebebasan Pers Dunia yang diadakan AJI Yogyakarta. Pembubaran  akibat adanya tekanan ormas yang tidak terima adanya pemutaran film Pulau Buru Tanah Air Beta pada acara tersebut.

Selain di Yogya, SAFENET juga melihat pola serupa terjadi di berbagai daerah lain. April lalu, pertemuan penyintas 65/66 di Cianjur terpaksa dipindahkan karena pemilik villa ditekan ormas intoleran.

Di Bandung, pementasan monolog Tan Malaka sempat terancam batal karena diprotes. Ini juga menimpa peringatan Hari Tubuh di kota yang sama. Sementara pekan lalu, penyelenggaraan Asean Literary Festival 2016 juga sempat memanas ketika belasan orang dari ormas memprotes adanya materi 65 dan LGBT dalam festival sastra tahunan di Taman Ismail Marzuki.

SAFENET menilai aparat kepolisian memegang peran penting. Sebab, dalam banyak kasus, aparat justru membiarkan dan tidak tegas. Aktivis SAFENET, Damar Juniarto mengatakan Polisi menempati urutan puncak pelaku pelanggaran kebebasan berekspresi. Urutan itu disusul oleh ormas, kampus, dan TNI.

“Mereka justru mencabut izin, hingga acara terpaksa dibubarkan.” Kata Damar.

Editor: Malika

 

  • SAFENET
  • kelompok intoleran
  • Yogyakarta
  • damar juniarto

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!