BERITA

Beredar Video ISIS Bakar Paspor, Ini Penjelasan Kapolri

""Itu kan bisa saja gambar-gambar yang lama, bukan gambar-gambar yang baru, itu bisa saja terjadi, sekarang kan teknologinya sudah canggih.""

Beredar Video ISIS Bakar Paspor, Ini Penjelasan Kapolri
Cuplikan video pelatihan ISIS.

KBR, Jakarta - Kepala Kepolisian Badrodin Haiti memastikan lokasi dalam video yang diduga disebarkan oleh Kelompok ISIS tersebut bukan di Indonesia. Sebelumnya, beredar video yang diduga dari kelompok ISIS. Dalam video tersebut, terlihat belasan anak dan orang dewasa membakar paspor Indonesia. Dalam video itu, anak-anak juga diperlihatkan tengah melakukan latihan menembak, dan beberapa orang berbicara dalam Bahasa Indonesia.

Lebih lanjut Badrodin menduga, video itu merupakan hasil rekayasa dengan memanfaatkan teknologi pengeditan.

"Itu kan bisa saja gambar-gambar yang lama, bukan gambar-gambar yang baru, itu bisa saja terjadi, sekarang kan teknologinya sudah canggih. (Itu di wilayah Indonesia?) bukan" kata Badrodin Haiti di Halim Perdanakusuma, Sabtu (21/5).

Pendapat senada dilontarkan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Kalla bahkan meragukan anak-anak dalam video tersebut memegang senjata sungguhan.

"Ya apa susahnya kumpul anak-anak, kasih senjata AKA, atau replika mainan, ya itu nggak bisa bedakan, itu hanya propaganda saja" kata Jusuf Kalla.

Pekan ini, menyebar secara viral video berdurasi 15 menit di media sosial dan laman berbagi youtube. Pada awal video, kelompok ISIS menjelaskan kesalahan pemerintah Indonesia, Malaysia dan Filipina dengan menggunakan Bahasa Arab. Kemudian gambar beralih ke anak-anak berseragam loreng dan bersepatu boot sedang memegang senapan. Video, diakhiri dengan adegan pembakaran paspor.



Editor: Nurika Manan

  • ISIS
  • Video ISIS
  • Kapolri Badrodin Haiti
  • jusuf kalla
  • Wakil presiden Jusuf Kalla
  • Badrodin Haiti

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!