BERITA

Kisruh Harga BBM, Pengamat: Direktur Pemasaran Pertamina Ahmad Bambang Harus Dicopot

"Menurut Faisal, Bambang kerap mengeluarkan kebijakan yang salah dan fatal terkait BBM."

Aisyah Khairunnisa

Kisruh Harga BBM, Pengamat: Direktur Pemasaran Pertamina Ahmad Bambang Harus Dicopot
Logo Pertamina

KBR, Jakarta– Bekas Kepala Tim Reformasi Tata Kelola Migas Faisal Basri meminta agar Direktur Pemasaran Pertamina Ahmad Bambang segera dicopot. Menurut Faisal, Bambang kerap mengeluarkan kebijakan yang salah dan fatal terkait BBM yang menjadi hajat hidup orang banyak. Misalnya keputusan untuk menaikkan harga BBM yang sempat akan diberlakukan pada Jumat lalu.

“Coba Anda bisa bayangkan kalau surat edaran ini diberlakukan betul-betul. Sekarang harga Pertamax Rp 9.600. Bukankah itu Pertamina bunuh diri? Gak mungkin nih kebijakannya sekacau ini kalau tidak ada motif yang gak benernya. Saya sih minta Ahmad Bambang (Direktur Pemasaran Pertamina) diganti. Karena sudah berkali-kali melakukan kesalahan yang fatal,” kata Faisal Basri di Jakarta, Minggu (17/5/2015).

Bekas Kepala Tim Reformasi Tata Kelola Migas yang juga ekonom Universitas Indonesia Faisal Basri menambahkan, keputusan Bambang menaikkan harga BBM kemarin tidak tepat. Karena akan membuat perbedaan harga Pertamax dan Premium semakin jauh, mencapai Rp 2.200 per liter. Jika ini terjadi, maka pengguna Pertamax kemungkinan besar akan pindah ke Premium atau bahkan ke perusahaan penyedia BBM asing, seperti Shell.

Faisal yakin rencana penaikkan harga BBM pada Jumat lalu yang menggemparkan masyarakat bertujuan untuk menodai kinerja Menteri ESDM Sudirman Said. Pelakunya, kata dia, adalah para mafia migas agar Sudirman diganti (di-resfhuffle).

Editor: Dimas Rizky

  • Direktur Pemasaran Pertamina
  • Ahmad Bambang
  • Faisal Basri
  • BBM
  • Harga BBM
  • mafia migas

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!