KBR, Jakarta - Apa yang ada di benak Anda soal kata "nasionalisme"? Mungkin kini kata itu sudah tak pernah terlintas sedikit pun di pikiran Anda. Padahal, kata "nasionalisme" begitu berarti di hari ini, 20 Mei, 106 tahun lalu. Saat itu, pada tahun 1908, berdirinya organisasi Boedi Oetomo, organisasi kepemudaan yang pertama yang memiliki cita-cita Indonesia merdeka.
Nilai-nilai kebangkitan nasional itu diperjuangkan oleh mahasiswa di Sekolah Pendidikan Dokter Hindia atau STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsen) yang berada di Batavia, Jakarta kala itu. Dari situlah Indonesia berproses menjadi negara.
Namun, semua itu seperti terkubur dalam-dalam di ingatan bangsa ini sejalan dengan berjalannya waktu. Pergelutan ekonomi di tengah persaingan hidup yang ketat menjadi salah satu penyebabnya. Ini diakui seorang ibu rumah tangga di Jakarta, Melani. Menurut dia, nasionalisme kini sudah sirna karena masyarakat kerap mementingkan diri sendiri.
"Kalau peribahasa Jakarta, 'elo-elo, gue-gue. Siapa elo, siapa gue'," tuturnya.
Kata Melani, alih-alih mencintai bangsa dengan sikap nasionalisme, masyarakat sekarang lebih memikirkan untuk "mencari aman" diri sendiri dengan memperkaya diri dan keluarganya. "Banyak anggota masyarakat biasa hingga pejabat yang korupsi," tuturnya.
Sementara, dr. Eveline, salah seorang dokter spesialis anak di sebuah rumah sakit di Jakarta mengatakan, nasionalisme dulu dan sekarang berbeda. Jika dulu nasionalisme identik dengan perang dan unjuk rasa, kini nasionalisme ditunjukkan dengan mengabdi pada masyarakat dan negara dengan sebaik mungkin.
"Kita tidak secara langsung (melakukan tindakan nasionalisme). Kita tak lelah memberitahukan (ke masyarakat) pentingnya sosialisasi pentingnya imunisasi dan air susu ibu (ASI) agar anak-anak Indonesia sehat dan terpenuhi gizinya," tutur Eveline di sela-sela menangani pasiennya, Sabtu (17/5).
Ia mengakui, kesadaran bernasionalisme di masyarakat kini menyusut. Ini terlihat dari maraknya kasus korupsi yang dilakukan pejabat pemerintah dan partai.
"Makanya kita ajarkan anak-anak kita agar tidak seperti itu (nantinya)," tutur Eveline.
Perbandingan dengan Negara Lain
Lemahnya nasionalisme di Indonesia juga diakui Yosepha Martha, seorang karyawan di Jakarta. Ia membandingkannya dengan nasionalisme warga Korea Selatan. Saat berkunjung ke Seoul, ibu kota Korsel September 2013 lalu, ia kaget karena pedagang elektonik menjadi tak ramah ketika ia menanyakan produk asal Jepang.
“Melalui local guide (pemandu wisata, red.) saya, dia (penjual) bilang tak pernah jual merek itu. Mereka hanya jual produk Korea, Samsung,” tutur martha.
Hal itu, kata Marta, dijumpai di hampir setiap toko yang ia sambangi. Kuatnya nasionalisme di Korsel, jelas Martha, juga ditunjukkan dalam berbahasa.
“Mereka tidak memakai bahasa asing (Ingrris, red.). Mereka lebih menghargai jika pendatang (turis) memakai bahasa mereka. Untuk ‘bicara’ soal harga mereka hanya menyodorkan angka di kalkulator,” tambah Martha.
Menurut Martha, situasi ini jauh berbeda dengan masyarakat Indonesia yang bangga pakai produk luar negeri. “Kita lemah dalam pendidikan moral di keluarga dan sekolah. Kita tak menjaga ‘rasa’ nasionalisme itu,” pungkasnya.
Terkikisnya nasionalisme juga diungkap Idi Sugandi, seorang supir taksi di Jakarta. Ini terlihat dari maraknya kebudayaan asing yang digandrungi anak muda.
"Sekarang ini, kebudayaan lain dari luar negeri yang kuat. (Misalnya) baju, apa-apa dari luar. Berarti nasionalisme berkurang," tutur Idi.
Padahal, kata Idi, warga luar negeri malah tertarik dengan kebudayaan Indonesia, terutama Australia. Ini berbeda dengan masyarakat Indonesia yang malah meninggalkan budayanya.
"Saya pernah ketemu dengan orang Australia yang belajar tentang (budaya) kita. Kata dia, Indonesia banyak ragam, banyak macam," kata Idi.
Apalagi, kata Idi, saat ini tidak ada tokoh yang bisa menyatukan nasionalisme. "Gak ada (tokoh yang bisa menyatukan) karena mereka menekankan golongan saja," tegasnya.
Soal hubungan yang erat antara nasionalisme dan pemimpin nasional alias presiden ini ditegaskan Sejarawan Anhar Gonggong. Menurut dia, presiden terpilih nanti harus bisa memberantas sikap antinasionalisme, salah satunya korupsi.
“Banyak pejabat yang berengsek dan merusak nilai nasionalisme dengan tingkah laku yang tidak benar yang bertentangan dengan nasionalisme itu sendiri!” tegas Anhar Gonggong.
Karenanya, memperingati Hari Kebangkitan Nasional tahun ini, ia berharap betul pada presiden terpilih kelak. Masyarakat, kata dia, harus memilih pemimpin yang bisa membangkitkan rasa cinta bangsa atau nasionalisme.
“Karena berubahnya suatu bangsa selalu memang dimulai oleh pemimpin bangsa itu,” pungkas Anhar.
Nasionalisme dan Pilpres 2014

Senin, 19 Mei 2014 18:17 WIB


Nasionalisme, Pilpres 2014
BERITA LAINNYA - NASIONAL
Penceramah Jafar Shodiq Jadi Tersangka Penghina Wakil Presiden
"Kenapa tersangka? Karena sudah ada barang bukti yang cukup untuk jadi tersangka yaitu ada laporan polisi, ada keterangan saksi, ada bukti seperti video tersebut."
Para Dirut Garuda yang Tersandung Hukum
Ari Ashkara bukan satu-satunya Dirut Garuda yang diduga melanggar hukum.
Produknya Dibajak, Harley-Davidson Mengadu ke Menteri Yasonna
“Kami masih banyak menemukan produk tiruan kami (Harley-Davidson) seperti baju, sarung tangan, suvenir yang bebas diperjualbelikan di Indonesia.”
Jokowi Targetkan Indonesia Setop Impor Petrokimia dalam Empat Tahun
"Feeling saya, empat atau lima tahun lagi kita sudah tiga mengimpor bahan-bahan petrokimia. Justru bisa kita ekspor."
Cek Layanan BPJS di RSUD Cilegon, Jokowi Janji Selesaikan Defisit
"Sudah empat tahun ini belum ketemu jawabannya. Tapi sekarang Menkes sudah menyampaikan di ratas kemaren, tahun depan jurusnya sudah ketemu,"
Pangkas Batu Bara, Indonesia-Denmark Bakal Garap Energi Bersih di 4 Provinsi
"Provinsi ini masih didominasi oleh penggunaan batu bara, namun 'combined cycles' dapat dijadikan alternatif energi yang murah untuk menggantikan batu bara."
ICJR Ingatkan 'Janji' Pemerintah Revisi UU ITE
"Saya dan nanti dengan Menkominfo akan duduk bersama untuk melihat, ya untuk revisi UU ITE tentunya pasti," kata Menkumham Yasonna Agustus 2019 lalu.
RUU KKR, Ini Alasan Pemerintah Hapus Pasal Amnesti
"Tidak ada rehabilitasi kemudian juga reparasi. Itu tidak dikaitkan dengan amnesti."
Sidak, Mobil Mewah Tunggak Pajak Sampai 5 M
"Merk kendaraan mewah tersebut di antaranya Lamborghini, Bentley, Audi, Mercedes-Bens, Range Rover, Jeep Rubicon."
Kasus Moge Harley Davidson di Garuda, Sri Mulyani Buru di BUMN Lain
"Apakah terjadi di Garuda atau BUMN lain, saya tidak menyampaikan hari ini ya berapa BUMN dan pelanggarannya seperti apa."
BSNP: Ujian Nasional Sulit Bikin Murid Pintar
"Iya kalau gampang pintar, kan nggak juga. Hasil tahun ini juga jeblok semua."
Kemdikbud: Meningkatkan Nalar Siswa Tak Cukup Lewat Aturan Pemerintah
"Kami sudah melakukan pengenalan tipologi soal-soal yang berdaya nalar tingkat tinggi pada Ujian Nasional. Tapi ternyata tidak bisa dilakukan secara sesaat, harus dengan perubahan budaya."
Kasus Moge Harley Davidson, Erick Berhentikan Dirut Garuda
"Jadi kalau kerugian negara sudah menjadi faktor tidak hanya perdata tapi juga pidana ini yang sangat memberatkan,"
ICW: Mahkamah Agung Sering Tidak Pro-Pemberantasan Korupsi
"Mahkamah Agung harus berbenah, melihat kembali apa problem internal dari Mahkamah Agung, sehingga disorot publik karena sering melakukan tindakan yang tidak pro dalam pemberantasan korupsi."
Ekonomi Nasional Tumbuh, Tapi Penganggur Bertambah 50 Ribu Orang
"Agustus 2019 jumlah pengangguran mencapai 7,05 juta orang, mengalami kenaikan 50 ribu orang jika dibandingkan dengan Agustus 2018."
Polda Metro Jaya Luncurkan Aplikasi Kondisi Darurat
"Kalau terjadi sesuai bisa langsung tekan panic button, kemudian polisi terdekat akan datang dan memberikan pelayan kepada korban tersebut,"
Radikalisme, Menteri BUMN Sampaikan Data ke Menkopolhukam
"Ini cuma soal Radikal, cuma data aja diinformasikan."
Kemenlu Bantah Abaikan WNI yang Dideportasi Akibat Tulis Demo Hong Kong
"Kita tentu memberikan perlindungan hukum kepada dia (Yuli Riswati), sehingga semua prosesnya berjalan baik. Dalam konteks hukum, tentu kita melihatnya sesuai dengan kaidah yang ada di sana."
MA Vonis Idrus Marham Korupsi Sebagai Pejabat Golkar, Bukan Sebagai Mensos
"Menurut majelis hakim kasasi, kepada terdakwa (Idrus Marham) lebih tepat diterapkan dakwaan melanggar Pasal 11 UU Tipikor yaitu menggunakan pengaruh kekuasaannya sebagai Plt Ketua Umum Golkar."
Saksi: Polisi Todongkan Pistol Saat Tangkap Aktivis Papua
Saksi mengatakan aparat memaksa masuk dan memanjat dinding samping dapur. Saat itu pagar asrama dikunci dan aparat tidak meminta izin atau memperkenalkan diri dan tujuan datang ke asrama.
Most Popular / Trending
Recent KBR Prime Podcast
Kabar Baru Jam 19
Kabar Baru Jam 18
Kabar Baru Jam 17
DPR Desak Menteri BUMN Evaluasi Total BUMN
Perempuan dan Anak Dalam Pusaran Terorisme