NASIONAL

KontraS: Tak Ada Capres Tawarkan Program Konkret

"KBR, Jakarta - Calon presiden yang bakal maju pada pilpres Juli mendatang dinilai belum cocok memimpin Indonesia selama lima tahun ke depan."

KontraS: Tak Ada Capres Tawarkan Program Konkret
capres, konkret, program

KBR, Jakarta - Calon presiden yang bakal maju pada pilpres Juli mendatang dinilai belum cocok memimpin Indonesia selama lima tahun ke depan. Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (KontraS) Harry Azhar beralasan, hingga kini belum ada capres yang menawarkan program konkrit untuk menyelesaikan berbagai permasalahan rakyat. Masalah itu antara lain, kemiskinan, konflik kepemilikan lahan, penegakkan hukum dan konflik sumber saya alam. Ia menilai, para capres yang akan maju lebih banyak melakukan negosiasi politik untuk pemenangan pilpres, dibanding menawarkan solusi. (Baca: Korban Mei 98: Salah Pilih Capres, Penegakan HAM Mandeg)

"Capres mana sekarang yang sekarang menjawab penyelamatan 400 WNI yang terancam hukuman mati di Timteng. Capres mana yang menjawab soal bagaimana mencari mereka yang masih hilang. Tidak ada capres yang bicara soal penanganan korupsi oleh pejabat-pejabat daerah. Konkrit masalahnya, tapi mereka semua cuma visioner yang semu, yang tidak langsung menjawab masalahnya. Menurut saya itu pembodohan buat masyarakat," kata Harry Azhar di Kontras, Jakarta, Sabtu, (5/3).

Koordinator Kontras Harry Azhar menambahkan, bakal capres yang ada banyak ditunggangi kepentingan militer dan bisnis. Termasuk dua kandidat capres terkuat, Prabowo Subianto dan Joko Widodo. Selain itu,  sumber pendanaan mereka tidak pernah dipublikasikan secara transparan. Ketidaknetralan para bakal capres akan melemahkan kekuatan mereka dalam mengambil kebijakan dan menuntaskan persoalan.

Editor: Nanda Hidayat

  • capres
  • konkret
  • program

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!