NASIONAL

Kenang Korban Mei 1998, Gedung di Utan Kayu ini Diberi Nama 13-14 Mei

"Ada banyak korban dalam perjalanan menjatuhkan kediktatoran Soeharto."

Pebriansyah Ariefana

Kenang Korban Mei 1998, Gedung di Utan Kayu ini Diberi Nama 13-14 Mei
Kerusuhan Mei, Mei 1998, Tragedi Mei, Utan Kayu

KBR, Jakarta – Tahun ini Komnas Perempuan akan meresmikan Prasasti Jarum Mei 1998 di Taman Pemakaman Umum Pondok Rangon sebagai salah satu situs sejarah terkait Tragedi Mei 1998. Sebelumnya, prasasti serupa dibangun di Kampung Jati Selatan, Klender, Jakarta Timur, sebagai upaya merawat ingatan publik akan apa yang terjadi pada Mei 1998. TPU Pondok Rangon adalah pemakaman bagi banyak korban Mei 1998, sementara Kampung Jati Selatan adalah tempat asal mayoritas 426 korban tewas dalam peristiwa dibakarnya Plaza Yogya di Klender 16 tahun silam. 


Tak banyak orang yang tahu kalau di bilangan Utan Kayu, Jakarta Timur, sudah ada upaya melawan lupa Tragedi Mei 1998. Sejak 1999, gedung di Jl Utan Kayu No 68H diberi nama ‘Gedung 12-14 Mei”. Gedung ini terletak di Jalan Utan Kayu No. 68H. Ini adalah kantor Green Radio Jakarta, yang sebelumnya juga adalah kantor KBR (dulu bernama KBR68H) sebelum berpindah ke kantor baru. 


Direktur Utama KBR Tosca Santoso mengatakan, gedung ini diberi nama “Gedung 12-14 Mei” sebagai upaya mengingat peristiwa sejarah besar yang terjadi di Indonesia. Pada tanggal 12 Mei 1998 terjadi penembakan terhadap mahasiswa Trisakti, sementara tanggal 13-14 Mei 1998 kerusuhan besar-besarna melanda Jakarta dan sejumlah kota besar di Indonesia. “Ini juga menandai perjalanan ingin menjatuhkan kediktatoran Soeharto,” kata Tosca di Utan Kayu baru-baru ini.


“Jadi yang diperingati itu korbannya. Tanggal 13-14 Mei itu kan kerusuhan 1998 banyak orang meninggal, terjadi kerusuhan di mal-mal. Menurut saya peristiwa itu tidak bisa dilupakan. Ada korban yang jatuh.”


(baca juga: Kawasan di Tangerang ini Bebas Rusuh Saat Mei 1998


Tidak hanya Tragedi Mei 1998 yang diperingati di sini. Gedung di bagian belakang Jl Utan Kayu 68H diberi nama “Gedung 21 Juni”. Nama ini dipakai untuk memperingati dibredelnya Majalah Tempo, Detik dan Editor pada 21 Juni 1994. Pemerintah Orde Baru melarang ketiganya terbit dan langkah ini memicu demonstrasi massa pertama yang menentang pembredelan di Indonesia. 


“Itu tanggal dari peristiwa yang mengingatkan kita bahwa kekuasaan tanpa batas bis amematikan kebebasan. Dan korbannya adalah kemerdekaan,” jelas Tosca.


Pria berkacamata ini menambahkan, tidak ada proses panjang pemberian nama kedua gedung itu. Menurut Tosca, dia hanya berbincang ringan dengan beberapa sahabatnya di Komunitas Utan Kayu dan pendiri KBR68H, salah satunya Goenawan Mohamad, yang juga pendiri Tempo. 


Komunitas Utan Kayu, kata Tosca, juga menjadi saksi gerilya aktivis dalam memperjuangkan kemerdekaan berpendapat. Salah satunya dengan menjadi tempat diskusi aktivis pasca pembubaran Partai Rakyat Demokratik (PRD) pada 1996. 


"Di sana banyak kegiatan, terlibat dalam dinamika perubahan,” jelas Tosca. 


“Kalau yang gedung belakang itu setelah peringatan menjadi tempat pelatihan wartawan, penerbitan yang tanpa izin. Berkembang ketika politiknya makin dinamis, banyak mahasiswa di situ untuk markas untuk menerbitkan selebaran menjelang Mei. Sejak 27 Juli 1996 sejak PRD dibubarkan dan menjadi buron, banyak yang ke situ,” jelasnya.


  • Kerusuhan Mei
  • Mei 1998
  • Tragedi Mei
  • Utan Kayu

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!