NASIONAL

Kawasan di Tangerang Ini Bebas Rusuh Saat Mei 1998

"Yang Muslim menjaga warga Tionghoa di sini."

Pebriansyah Ariefana

Kawasan di Tangerang Ini Bebas Rusuh Saat Mei 1998
Kerusuhan Mei, Mei 1998, Tragedi Mei, Tangerang

KBR, Tangerang – Abu Salam adalah seorang tukang parkir di Jalan Kisamaun, Kota Tangerang. Tubuhnya kurus dan kumal, mulutnya tak henti-hentinya mengepulkan asap rokok. Dia lah yang ‘pegang’ lahan parkir di sini. Ketika kami berbincang, sesekali ia berdiri dan mengatur parkir lalu kembali ngobrol. 


Kami berbincang tentang satu hari yang masih lekat betul dalam ingatan pria berusia 38 tahu ini. Saat itu sore hari di tanggal 12 Mei, 16 tahun lalu. Ketika itu Abu Salam masih berstatus sebagai pegawai honorer pemerintahan. Itulah saat-saat mencekam ketika terjadi kerusuhan dan penjarahan besar-besaran di tanah kelahirannya. 


Sore itu Abuy, begitu panggilan Abu Salam, membawa samurai tajam mengkilap sepanjang satu meter. Dia berjalan dengan membawa samurainya di Jalan Kisamaun, di kawasan Pasar Lama Tangerang. Abuy keluar dari rumahnya di Kampung Perintis begitu mendengar penjarahan dan kerusuhan pecah di Jakarta dan Tangerang sejak siang hari.


Abuy tak sendirian. Ratusan pemuda Kampung Perintis pun membawa berbagai senjata. Mulai dari balok, kayu, pisau, celurit dan golok. Mereka berjalan beriringan ke arah kantor DPRD Kota Tangerang yang terletak tak jauh dari kampungnya.


"Saat itu, kita keluar rumah gitu aja. Gue ngomong sama temen-temen gue untuk jaga toko-toko di sini. Toko ini yang punya Cina (Tiongkok- red) semua," cerita Abuy. 


Abuy mendapatkan informasi kalau sejak siang kawasan Pasar Anyar yang hanya berjarak 1 km dari tempat tinggalnya sudah porak-poranda. Toko-toko dilempari batu, gembok toko dipaksa dibuka, dan isinya dijarah. Ribuan penjarah membawa TV, kulkas, pakaian, dan lain-lain. Salah satu toko yang terparah dijarah di sana adalah “Sabar Subur” dan “Subur”. Saat itu, kedua toko inilah yang terbesar, terlengkap dan termodern di Tangerang. 


Menurut catatan Komnas Perempuan, perusakan dan penjarahan di “Sabar Subur” dilakukan oleh sekelompok pemuda berjaket hitam yang berteriak kepada massa, ”Kalau mau menyerbu jangan ragu-ragu.”


Tapi ratusan anak muda yang bersama Abuy tak ikut menyerbu. Mereka yang semuanya rata-rata berusia di bawah 25 tahun ini justru bertahan di kawasan Pecinan Pasar Lama. Mereka memutuskan untuk menjaga ratusan toko milik Tionghoa di kawasan sepanjang 1,2 kilometer itu.  Mereka yang kebanyakan Muslim juga melindungi Vihara Boen Tek Bio di pesisir Kali Cisadane.


"Anak-anak ini takut di sini kena sasaran penjarahan. Semua dijaga. Di Vihara, Kisamaun sampai di Kampung Pecinan di belakang Kali Cisadane," jelas pria bertato itu.


Ratusan pemuda Kampung Perintis pasang badan di ujung Jalan Kisamaun. Mereka juga tersebar masuk ke pelosok gang di kawasan Kampung Pecinan.


"Di ujung jalan kita tutup jalan itu pakai kayu dan balok. Biar nggak ada orang luar kampung yang bisa masuk. Kita duduk-duduk dan berdiri di sana. Lainnya juga duduk-duduk di depan ratusan toko-toko sepanjang Jalan Kisamaun," cerita ayah 2 anak itu.


Berkat mereka, ribuan orang yang menjarah dan membakar Pasar Anyar, tak bisa menembus sampai ke kawasan Pasar Lama. Namun justru kepolisian yang salah duga tentang mereka.  “Malah polisi yang nyangka kita perusuh. Sempat hampir bentrok itu. Tapi pas ngomong kita niat menjaga, jadi ngeri polisinya," jelas Abuy.


Abuy bercerita, penjagaan itu dilakukan selama sebulan penuh. Sampai situasi benar-benar pulih. Selama itu, penjagaan toko-toko milik Tionghoa oleh pribumi itu ada yang menggerakkan dan dilakukan secara sukarela.


"Masyarakat keturunan ngasih kita makan dan minum setiap hari. Tapi kita nggak mau dikira sebagai 'anjing penjaga' yah. Kita ngelakuin ini sukarela aja. Tanpa mau imbalan," papar Abuy.


Separah apa Tragedi Mei 1998 di Kota Tangerang? 


  • Kerusuhan Mei
  • Mei 1998
  • Tragedi Mei
  • Tangerang

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!