NASIONAL

Marak Konflik Keagamaan, Tito: Peran FKUB Tidak Jalan

"Peran FKUB dalam mencegah terjadinya konflik agama di daerah"

Marak Konflik Keagamaan, Tito: Peran FKUB Tidak Jalan

KBR, Jakarta - Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian menyoroti peran Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) di daerah. Tito mengatakan, permasalahan konflik agama di daerah seharusnya mudah diselesaikan jika peran FKUB berjalan sebagaimana mestinya.

Sebab kata Tito, permasalahan-permasalahan sensitif keagamaan akan berbahaya apabila dibiarkan.

"Nah ada FKUB. Tapi FKUB-nya yang jalan biasanya potensi-potensi konflik keagamaan masalah tempat ibadah dan lain-lain bisa diselesaikan, tapi kalau seandainya FKUB-nya tidak jalan, ya meledak dulu baru kemudian cari solusi," kata Tito dalam acara "Sinergi Memantapkan Kerukunan Sosial Masyarakat dalam Mewujudkan Pemilu Damai, Aman dan Harmoni" yang disiarkan daring, Selasa (11/4/2023).

Tito menambahkan, konflik keagamaan di daerah sukar diredam karena membawa nama Tuhan.

"Karena apa in the name of God. Kalau konflik ekonomi itu urusan perut, konflik budaya urusan manusia, tapi kalau sudah in the name of God atas nama Tuhan dia sanggup membunuh yang lain," tutur Tito.

Baca juga:

Tito meminta seluruh kepala daerah memberdayakan FKUB masing-masing dengan memberikan anggaran kegiatan rutin. Tujuannya, agar para tokoh agama bisa menyatukan pandangan dalam menyikapi percikan konflik supaya tidak makin membesar.

"Misalnya rapat rutin bulanan membicarakan potensi-potensi dan bagaimana memperkuat keberagaman keagamaan di daerahnya masing-masing," ujar Tito.

"Kalau itu jalan, tokoh-tokoh ini bergerak bersama maka aman-aman saja kalau ada masalah cepat selesai dan kalau misalnya ada rekonsiliasi cepat karena ada tokoh-tokoh ini kompak," imbuhnya.

Editor: Wahyu S.

  • keberagaman
  • toleransi
  • konflik keagamaan
  • skb rumah ibadah

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!