NASIONAL

Bappenas Pesimistis Target Kemiskinan Ekstrem Nol Persen 2024

"Target nol persen kemiskinan ekstrem sulit tercapai"

Bappenas Pesimistis Target Kemiskinan Ekstrem Nol Persen 2024

KBR, Jakarta - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa mulai pesimistis target kemiskinan ekstrem nol persen di 2024 dapat tercapai. Menurutnya, penurunan kemiskinan makin melambat.

Dia menyinggung perhitungan indikator kemiskinan ekstrem yang dipakai yakni penduduk yang berpendapatan di bawah atau purchasing power parity (PPP).

"Jadi kalau kita pakai angka 2,15 dolar AS maka target kemiskinan ekstrem itu yang sekarang ini di angka 3,2 (persen) dan kita mungkin cenderung hanya bisa menurukan di 2,5. Tapi kalau kita pakai angka 1,9 dolar AS, itu kira-kira kita bisa di angka 1,2. Kita berusaha untuk nol persen, tetapi sebenarnya Bank Dunia mendorong kita menggunakan multidimensi indikator," kata Suharso dalam Raker di Komisi XI DPR RI, Rabu (5/4/2023).

Suharso mengeklaim, pemerintah berusaha agar target kemiskinan ekstrem nol persen tahun depan tetap terwujud dengan mempertimbangkan sejumlah indikator.

Baca juga:

Menurut catatan Badan Pusat Statistik (BPS), angka kemiskinan nasional 2022 sebesar 9,5 persen dan persentase kemiskinan ekstremnya 2,04 persen.

Sebelumnya, target kemiskinan ekstrem nol persen di 2024 diungkap Menteri Keuangan Sri Mulyani. Menurut dia, momentum perekonomian saat ini dinilai cukup kuat dan bisa untuk menjaga pertumbuhan ekonomi tahun 2023 dan 2024.

Dikutip dari laman Kemenko PMK, kemiskinan ekstrem adalah kondisi ketidakmampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dasar, yaitu makanan, air bersih, sanitasi layak, kesehatan, tempat tinggal, pendidikan dan akses informasi terhadap pendapatan dan layanan sosial.

Editor: Wahyu S.

  • kemiskinan ekstrem
  • pertumbuhan ekonomi
  • BPS

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!