NASIONAL

KLB di Beberapa Daerah, ITAGI: Segera Lengkapi Imunisasi Dasar Anak

" Di Jakarta ada outbreak, di Bandung ada outbreak, Tetanus dulu nggak ada, Difteri dulu nggak ada, sekarang mulai ada. Karena anak-anak tidak lengkap imunisasinya."

Heru Haetami

KLB di Beberapa Daerah, ITAGI: Segera Lengkapi Imunisasi Dasar Anak
Imunisasi Campak Rubella di SDN Pasar Baru 1 Kota Tangerang, Senin (25/10/2021). (Antara-Fauzan)

KBR, Jakarta - Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional (ITAGI) menyebut sudah saatnya imunisasi dasar lengkap (IDL) di tanah air dipercepat. Sebab menurut anggota ITAGI Kusnandi Rusmil, beberapa daerah sudah ada kejadian luar biasa (KLB) beberapa virus seperti Difteri dan Tetanus, lantaran imunisasi anak tidak dilengkapi.

"Imunisasi dasar lengkapnya dilengkapi dulu dong. Ini penting. Ya kalau umpamanya kayak di Inggris gitu ya atau di Amerika atau negara-negara maju Eropa, itu yang diberikan banyak benar gitu loh dan mereka cakupannya sudah 97 persen. Yang disuntik banyak benar, ada berapa belas gitu loh ya, tapi mereka kan bertahap begitu," kata Kusnandi kepada KBR, Jumat (22/4/22).

"Nah Indonesia supaya nggak takut terjadi outbreak baru, dari sekarang udah ada outbreak nih. Di Jakarta ada outbreak, di Bandung ada outbreak, Tetanus dulu enggak ada, Difteri dulu enggak ada, sekarang mulai ada. Karena anak-anak tidak lengkap imunisasinya. Jadi supaya enggak kena itu, sekarang dilengkapi dengan benar dan ditambah imunisasinya gitu," tambahnya.

Baca juga: Cegah Penyakit Penyebab Kematian dengan Vaksinasi Wajib

Kusnandi menyebut, pelaksanaan imunisasi di Indonesia bagian tengah terkendala ketersediaan vaksin.

Dia berharap Indonesia mampu memproduksi vaksin mandiri, sehingga dapat mengejar ketertinggalan serta tidak bergantung pada impor.

"Ya mana yang bisa aja ya, mana yang bisa ya. Jadi kalau orang mau bayar, kan nggak semuanya sekarang ada ya. Jadi kalau yang ada kita disuntik, kalau enggak ada gimana mau disuntik, enggak ada vaksinnya," kata dia.

Kusnandi menjelaskan, pembuatan vaksin tidaklah gampang.

Baca juga:

"HPV aja sekarang itu kan terbatas ya, untuk polio yang ini yang disuntik. Itu kita masuknya dari India ya dan itu baru mau dipesan belum banyak kita gitu loh. Kayak HPV itu dari Inggris ya kalau enggak salah," ujarnya.

Dia mengakui, Indonesia memang belum bisa memproduksi vaksin sendiri. Dia berharap Indonesia mulai mandiri dalam membuat vaksin untuk beberapa penyakit.

"Tapi sampai sekarang belum bisa bikin vaksin, baru impor-impor aja gitu ya. Nah itu kalau udah bisa bikin vaksin kita harus belajar bikin vaksin sehingga kita lengkap," katanya.

Bermasalah Sebelum Pandemi COVID-19

Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) mengungkapkan, capaian IDL sudah bermasalah sebelum terjadi pandemi COVID-19. Ketua Umum IAKMI Ede Surya Darmawan meminta pemerintah pusat mendorong daerah kembali menggencarkan ketertinggalan imunisasi.

"Artinya ada beberapa daerah yang tidak memenuhi, karena kurang paham saja. Misalkan saja karena enggak mau divaksin, ada juga mungkin karena aspek geografis," ujarnya.

Menurutnya, perlu ada upaya mengubah stigma masyarakat agar ada keinginan mengikuti imunisasi.

"Pemahaman apa itu sehat, bagaimana kepentingan untuk sehat, dan bagaimana menyehatkan, termasuk bagaimana mencegah menggunakan vaksinasi yang benar," kata dia.

Sebelumnya, ada 11 jenis imunisasi wajib untuk anak secara nasional. Mulai tahun ini, Kementerian Kesehatan akan menambahkan 3 jenis vaksin lainnya sebagai imunisasi wajib anak nasional. Yaitu, rotavirus (RV) untuk diare, PCV untuk pneumonia, dan HPV untuk kanker serviks.

Editor: Wahyu S.

  • imunisasi anak
  • vaksin kanker serviks
  • ITAGI
  • IAKMI

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!