BERITA

Pengobatan Covid-19 dengan Plasma Darah Masih Eksperimen

Pengobatan Covid-19 dengan Plasma Darah Masih Eksperimen

KBR, Jakarta- Lembaga Eijkman dan Palang Merah Indonesia (PMI) berencana menerapkan plasma convalescent atau terapi plasma darah untuk pengobatan pasien Covid-19.

Terapi ini dilakukan dengan cara mengambil zat antibodi dari darah pasien Covid-19 yang sudah sembuh, kemudian mentransfusikannya ke tubuh pasien lain yang masih sakit.

Direktur Lembaga Eijkman Amin Soebandrio mengklaim terapi ini sangat baik.

"Plasma itu mengandung antibodi yang sangat baik untuk bisa menetralisir virus. Dan ini diharapkan akan bisa membantu mereka yang sedang dalam perjuangan antara mati dan hidup, pasien-pasien yang dalam kondisi berat," kata Amin kepada KBR pekan lalu (16/4/2020).


Masih 'Eskperimen'

Meski diklaim sangat baik, terapi plasma darah sesungguhnya masih dalam tahap eksperimen. Terapi ini baru diujicobakan ke sangat sedikit orang, belum memiliki formula baku, dan butuh uji coba lebih lanjut.

Hal itu diungkapkan Chenguang Shen dkk., tim ilmuwan bioteknologi dari Cina yang pertama kali meneliti efektivitas terapi ini.

"Temuan awal menunjukkan ada kemungkinan bahwa transfusi plasma darah bisa membantu pengobatan pasien Covid-19 yang sakit kritis." 

"Tetapi, pendekatan ini (plasma darah) membutuhkan evaluasi lewat uji klinis (uji coba manusia) secara acak," kata Chenguang Shen dkk., dalam catatan penelitiannya di Journals of the American Medical Association (JAMA), 27 Maret 2020.


Bukan Satu-satunya Faktor Penyembuh

Berdasar catatan Chenguang Shen dkk., uji coba terapi plasma darah pertama dilakukan terhadap lima pasien Covid-19 di Rumah Sakit Shenzen, Cina, selama periode Januari-Maret 2020.

Lima pasien yang menjadi subjek percobaan adalah orang-orang yang sudah mengalami gejala parah seperti demam tinggi, gangguan pernapasan akut, dan napasnya harus dibantu ventilator.

"Studi ini sudah disetujui oleh Komite Etik Rumah Sakit Shenzen, dan setiap pasien sudah memberikan persetujuan tertulis," kata mereka dalam laporannya.

Menurut riset itu, 4 dari 5 subjek percobaan sembuh dari demam setelah menerima transfusi plasma darah. Jumlah virus di tubuh mereka juga terus menurun, hingga mereka dinyatakan negatif Covid-19 dalam 12 hari.

Kendati begitu, Chenguang Shen dkk., belum bisa memastikan apa faktor penyembuh sesungguhnya.

"Selama uji coba (plasma darah) dilakukan, semua pasien diberi bermacam obat antivirus seperti interferon dan lopinavir/ritonavir, yang mungkin berkontribusi juga pada pembersihan virus," jelas Chenguang Shen dkk.

"Ukuran sampel (penelitian) masih terbatas sehingga belum bisa ada pernyataan pasti tentang efektivitas pengobatan ini (plasma darah), perlu ada evaluasi dengan uji klinis (uji coba manusia)," kata mereka lagi.

Editor: Sindu Dharmawan

  • covid-19
  • plasma darah
  • plasma convalescent
  • eijkman
  • PMI
  • Chenguang Shen
  • Amin Soebandrio

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!