BERITA

Prabowo Klaim Diplomasi Kuat Harus Didukung Kekuatan Militer, Benarkah?

Prabowo Klaim Diplomasi Kuat Harus Didukung Kekuatan Militer, Benarkah?
Patung simbol antikekerasan di kantor pusat PBB di New York Amerika Serikat. (Foto: Didier Moese/Wikimedia/Creative Commons)

KBR, JakartaCalon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto  menegaskan Indonesia harus menjadi negara kuat di sektor militer. Menurut Prabowo, negara yang kuat secara militer akan berhasil dalam melakukan diplomasi luar negeri. Tanpa kekuatan militer, maka diplomasi tidak akan berhasil. 

"Kita ingat adagium dari Thucydides, ahli sejarah Yunani 2500 tahun yang lalu mengatakan bahwa 'The strong will do what they can, and the weak suffer what they must'. Yang kuat akan berbuat sekehendaknya yang lemah harus menderita. Karena itu saya menilai pertahanan Indonesia terlalu lemah. Jauh dari yang diharapkan. Kenapa? Karena kita tidak punya uang. Karena itu kita harus menjaga keuangan kita, kemana keuangan kita. Harta kita tidak tinggal di Indonesia. Karena itu kita lemah, mau kita diplomasi apa?" kata Prabowo Subianto ketika mengikuti debat capres keempat di Hotel Shangri La, Jakarta, Sabtu (31/3/2019).

Menurut Prabowo untuk diplomasi hubungan luar negeri, itu untuk memajukan kepentingan nasional melalui perundingan dan pertukaran diplomat.

"Diplomasi itu tidak bisa hanya menjadi mediator bagi negara lain. Itu memang penting. Tapi ujungnya, diplomasi harus merupakan bagian mempertahankan kepentingan nasional inti. Diplomasi hanya bisa dan harus di-backup dengan kekuatan," kata Prabowo.

Benarkah?

Kekuatan militer bukan segala-galanya. 

Sebuah survei yang dilakukan majalah terbitan Inggris, Monocle bersama lembaga konsultan Portland dan USC Center on Public Diplomacy 2018 justru menempatkan sejumlah negara tanpa kekuatan militer hebat dalam daftar negara superpower di bidang soft-power. 

Negara itu antara lain Swiss, Swedia, Denmark, Norwegia hingga Finlandia. Swiss bahkan pernah memiliki sejarah tidak punya kekuatan militer sendiri, sehingga selama 200 tahun tidak pernah terjadi konflik bersenjata. Meski kemudian belakangan membuat tentara belakangan tahun terakhir.  

Dalam ranking soft-power countries, negara-negara yang relatif 'lemah' di sektor angkatan bersenjata itu, ternyata menempati peringkat jauh di atas sejumlah negara lain yang punya kekuatan militer terbaik dunia. Misalnya Rusia (kekuatan militer peringkat 2 terbaik), China (peringkat 3 dunia) atau Korea Selatan (peringkat 7) versi Global Firepower 2018

Survei itu memuat 30 negara yang paling kuat pengaruhnya di dunia melalui kebudayaan, inovasi dan teknologi, olahraga, kuliner, desain dan lain-lain.

Berikut 30 negara terkuat di dunia soft-power. 

    <li>Inggris</li>
    
    <li>Prancis.</li>
    
    <li>Jerman</li>
    
    <li>Amerika Serikat</li>
    
    <li>Jepang</li>
    
    <li>Kanada</li>
    
    <li>Swiss</li>
    
    <li>Swedia</li>
    
    <li>Belanda</li>
    
    <li>Australia.</li>
    
    <li>Denmark</li>
    
    <li>Italia</li>
    
    <li>Norwegia</li>
    
    <li>Spanyol.</li>
    
    <li>Finlandia</li>
    
    <li>Belgia</li>
    
    <li>Austria</li>
    
    <li>Selandia Baru</li>
    
    <li>Irlandia</li>
    
    <li>Korea Selatan</li>
    
    <li>Singapura</li>
    
    <li>Portugal</li>
    
    <li>Yunani</li>
    
    <li>Polandia</li>
    
    <li>Hungaria</li>
    
    <li>Republik Czech</li>
    
    <li>China</li>
    
    <li>Rusia</li>
    
    <li>Brazil</li>
    
    <li>Argentina.&nbsp;</li></ol>
    

    Jerman---di luar kekuatan militernya, masuk peringkat atas dalam survei negara-negara soft power dalam pengejaran ide, nilai-nilai dan ambisi melalui inovasi, kebudayaan dan ekonomi. 

    Italia menjadi salah satu negara superpower di sektor seni, kuliner dan fashion. Sedangkan Swedia menjadi salah satu negara superpower yang kuat di sektor pemerintahan bersih. 

    Jepang---salah satu negara dengan kekuatan militer terbaik di dunia---juga menjadi salah satu negara superpower di sektor ekonomi. Diplomasi luar negeri melalui J-Pop hingga seni kreatif seperti anime, manga dan teknologi robot membuat Jepang tidak bisa dipandang sebelah mata. 

    Pada akhir Januari 2014, Presiden Amerika Serikat saat itu, Barack Obama menjanjikan pada warga Amerika bahwa era intervensi ke negara lain dengan kekuatan senjata sudah berakhir. Kini saatnya menggunakan kekuatan diplomasi.

    Dalam Global Firepower 2019, kekuatan militer Indonesia berada di peringkat 15 terbaik dunia, mengalahkan Israel, Korea Utara, Australia, Spanyol bahkan Belanda. Namun, di sektor soft-power, Indonesia termasuk masih tertinggal secara global. 

    Dalam ranking negara soft-power 2018, Indonesia hanya masuk 10 besar di tingkat Asia. Dari 49 negara di Asia, Indonesia perada di peringkat 9---setingkat lebih baik dari Filipina.

    Berikut 10 The Asia Soft-Power 2018:

      <li>Jepang</li>
      
      <li>Korea Selatan</li>
      
      <li>Singapura</li>
      
      <li>China</li>
      
      <li>Taiwan</li>
      
      <li>Thailand</li>
      
      <li>Malaysia.</li>
      
      <li>India</li>
      
      <li>Indonesia</li>
      
      <li>Filipina</li></ol>
      

      Keunggulan Jepang antara lain melalui budaya, inovasi, juga industri kreatif seperti anime, manga, J-pop dan kuliner.

      Singapura menjadi salah satu negara kekuatan lunak dunia di sektor ekonomi dan kemudahan bisnis, tingkat korupsi yang rendah dan SDM tenaga kerja terlatih. 

      Sementara Indonesia dinilai cukup kuat dalam pemerintahan, dan Filipina kuat di industri digital.

      Konsep soft-power pertama kali dilontarkan ahli politik asal Amerika, Joseph Nye. Ia menyebut tiga pilar soft-power, yaitu nilai-nilai politik, budaya dan kebijakan luar negeri. Soft-power adalah kemampuan menarik dan mempengaruhi negara lain dengan cara-cara di luar cara-cara keras seperti militer atau ancaman. 

      Sumber: 

      1. The Global Soft-Power 2018  

      2. Kekuatan Militer Dunia 2019 versi Global Firepower  

       

  • Prabowo Subianto
  • kekuatan militer
  • diplomasi luar negeri
  • Pemilu 2019
  • Pilpres 2019

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!