BERITA

Tamasya Almaidah Dilarang, Panitia: Acara Tetap Berlangsung

""Karena ini aksi yang damai, orang-orang hanya datang memantau melihat-lihat.""

Dwi Reinjani

Tamasya Almaidah Dilarang, Panitia: Acara Tetap Berlangsung
Ilustrasi (kemendagri.go.id)


KBR, Jakarta- Ketua Panitia Tamasya Almaidah, Ansufri ID. Sambo menyebut akan tetap melanjutkan kegiatan itu, dengan menyasar setiap Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang terdaftar di Komisi Pemilihan Umum (KPU). Ia mengatakan bahwa tidak ada aturan yang melarang setiap warga negara berkunjung ke suatu tempat. Karena itu menurutnya kepolisian seharusnya tidak khawatir dengan kegiatan itu. Bahkan ia menjamin tidak akan ada intimidasi pada saat pemantauan berlangsung.

Ia menganggap maklumat dari kepolisian, KPU dan Bawaslu tidak bisa dijalankan karena tindakan yang akan mereka lakukan tidak melanggar hukum. Ia juga mengatakan jika ada pengusiran dari kepolisian berarti menandakan ada pelanggaran hak yang dilakukan oleh pemerintah.

Baca juga:

    <li><a href="http://kbr.id/berita/nasional/04-2017/tamasya_al_maidah__polisi_keluarkan_maklumat_larangan_pengerahan_massa_/89770.html">Tamasya Almaidah, Polisi Keluarkan Maklumat Larangan Pengerahan Massa </a></li>
    
    <li><a href="http://kbr.id/terkini/04-2017/seruan_moral_tokoh_lintas_agama__hindari_pilkada_dki_dari_intimidasi_dan_politisasi_agama/89780.html">Seruan Moral Tokoh Lintas Agama: Hindari Pilkada DKI dari Intimidasi dan Politisasi Agama</a> </li></ul>
    

    "Karena ini aksi yang damai, orang-orang hanya datang memantau melihat-lihat. Tidak ada alasan untuk kepolisian melakukan itu (pelarangan-red). Melakukan kekerasan pada rakyat itu merupakan suatu pelanggaran besar. Jadi kita ingatkan bahwa kita datang dengan damai untuk mengawasi pemilihan ini berlangsung, jujur, adil dan demokrasi," ujarnya saat diwawancarai di masjid Al Azhar, Senin (17/04/2017).

    Ia juga menjelaskan, jika terjadi intimidasi pada saat pelaksanaan pilkada dari peserta tamasya maka polisi berhak langsung membawa pelaku. Bahkan mereka sudah berkomitmen akan menangkap dan membawa pelaku intimidasi langsung kepolisian bila benar terjadi. "Insya allah kita tidak akan ada intimidasi, kalo ada intimidasi di tempat tangkap saja, kalo ada satu dua orang yang melanggar amankan saja," ujarnya.


    Selain itu ia juga menjelaskan akan ada ratusan ribu peserta yang melakukan tamasya tersebut. Rencananya untuk setiap TPS yang terdaftar akan dilakukan pemantauan oleh 100 orang.


    "Kita harapkan yang datang itu per TPS 100 orang. Jadi kira-kira 1,3 juta lah yang datang berpartisipasi," ujarnya.


    Peserta yang akan ikut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut berasal darI berbagai daerah di Indonesia seperti Kalimantan, Lampung, Sulawesi, Jawa, Sumatra juga lainnya. Bahkan sebanyak 500 peserta hari ini sedang berjalan dari Ciamis menuju Jakarta.


    "Sekarang sudah ada 100.000 orang yang konfirmasi akan hadir dan menginap, bahkan dihari H-nya pun mungkin akan tumpah lebih banyak lagi, karena untuk wilayah Jabodetabek tidak akan menginap tapi pulang pergi, datang pas hari H," ujar Ansufri.


    Jika yang Mengintimidasi Aparat Bagaimana?

    Eggi Sudjana, kuasa hukum Alumni 212, mempertanyakan sikap pemerintah jika intimidasi berasal dari aparat keamanan dan bukan dari peserta. Ia meminta jika kejadian tersebut, terjadi maka kasus itu harus dipublikasikan secara luas.


    "Saya tanya, jika ada dari pihak pemerintah atau keamanan melakukan intimidasi, mau gimana? Makanya saya minta rekan-rekan wartawan ini bisa mempublikasikan hal tersebut seluas-luasnya agar tidak ada kesalahpahaman," ujar Eggi.

    Baca lainnya: Meski Tamasya Almaidah Dilarang, Gerindra Tetap Akan Datangkan Puluhan Ribu Orang ke Jakarta

    Bahkan Eggi menuding bahwa maklumat yang dikeluarkan kepolisian, KPU dan Bawaslu, merupakan bentuk intimidasi secara hukum kepada rakyat dari pemerintah. Ia lalu mempertanyakan kerumuman massa, jika itu yang dimaksud dalam maklumat tersebut. "Kerumunan massa disebut masalah kalau ada anarkis. Kerumunan itu orang nonton bioskop juga kerumunan kan? Jadi tidak ada alasan intimidasi itu tidak ada, tidak akan kami lakukan," tambahnya.

    Sementara itu, Dewan Penasehat kegiatan tamasya, Amien Rais, mengatakan dirinya ingin justru ingin mengetahui  jalannya pilkada DKI Jakarta putaran kedua ini. "Jadi kenapa saya ikut tamasya Almaidah? Ini karena saya ingin mengingatkan bahwa masih ada yang maha kuasa yang maha kuat, sehingga ancaman macam apapun insya allah bisa teratasi," tutup politisi Partai Amanat Nasional ini.

    Editor: Dimas Rizky

  • Tamasya Almaidah
  • Al Maidah
  • Pilkada DKI Jakarta
  • jelang Pilgub DKI
  • pilgub DKI
  • Ahok

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!