BERITA

PT KCIC: Pekerja WN Tiongkok di Lanud Halim Pekerja Liar

PT KCIC: Pekerja WN Tiongkok di Lanud Halim Pekerja Liar

KBR, Jakarta- Direktur PT Kereta Cepat Indonesia Cina Haggoro Budi memastikan para pekerja yang ditangkap di landasan udara Halim Perdanakusumah, Jakarta Timur, tidak bekerja atas nama proyek perusahaannya. PT KCIC merupakan perusahaan yang mengerjakan megaproyek kereta cepat Jakarta-Bandung.

Para pekerja tersebut adalah rekanan dari pengerjaan proyek kereta cepat. KCIC sendiri mengakui bahwa mereka bekerja tanpa ada izin dari KCIC selaku pemegang proyek.


"Yang pasti bukan pekerja KCIC ya? Oh itu memang jelas bukan pak. Tidak mungkin lah. Kalau memang benar ada tim surveyor yang bekerja untuk proyek kami, itu sudah larang untuk bekerja tanpa izin dan tanpa sosialisasi. Saya juga tidak tahu itu siapa. Dengar-dengar mereka pekerja PT Geo Central Mining. Tapi perusahaan itu sedang bekerja di tempat lain, bukan di Lanud Halim. Semua sudah dilarang untuk masuk ke Halim. Dan kalaupun di tempat lain itu harus ada izin dulu," katanya saat dihubungi KBR, Rabu (04/27).


Selain itu ia juga menambahkan, hingga kini PT KCIC masih terus berkoordinasi dengan pengelola landasan udara Halim Perdanakusumah. Ia menegaskan, selama belum ada kesepakatan soal izin, proyek belum akan dilaksanakan.


Sebelumnya, TNI AU menangkap 7 pekerja proyek kereta cepat rute Jakarta-Bandung karena tidak memiliki security clearance dan menerobos masuk Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur. TNI AU sempat mencurigai para pekerja ini melakukan aksi mata-mata, karena dari 7 orang yang ditangkap 5 di antaranya warga negara Cina


Namun saat diperiksa di Pos TNI AU di Halim, para pekerja itu mengaku tidak tahu apa-apa. Sri mengatakan, kesalahan para pekerja WNA itu lebih masalah administrasi saja.

Editor: Dimas Rizky

  • KCIC
  • proyek kereta cepat

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!